BAB 12

554 65 2
                                    

SELAMAT HARI MERDEKA!

DIRGAHAYU INDONESIA!

DIRGAHAYU INDONESIA!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING!

Rasyya kini berada di kantin, dua bulan lagi ia sudah lulus dari SMA. Dan apa yang ia takutkan selama ini sebentar lagi akan terjadi, Rasanya ia belum sanggup untuk pergi meninggalkan segala kehidupanya di negara kelahirannya.

"Syya?"

Rasyya menoleh, di depan nya ada Aqeela yang memegang satu kotak susu dan roti kesukaannya.

"Hay Za! Duduk sini," ajaknya sembari menepuk bangku di sampingnya, Aqeela yang mengerti hanya mengangguk dan duduk di samping Rasyya. Dan hal tersebut tidak luput dari padangan dua orang yang sedang memperhatikan mereka di lorong kantin.

"Lo harus bergerak cepat sebelum terlambat."

Titah itu seakan membuat orang tersebut membara, tanpa fikir panjang ia langsung meraih hpnya untuk menelpon seseorang.

"Gue butuh bantuan, nanti gue chat apa yang harus lo lakuin!"

Setelah menelpon ia lanjut berjalan menuju Rasyya dan Aqeela.

"Hay Qeel!"

Aqeela menoleh mebalas panggilan itu dengan senyum khasnya. "Hai Lin, selamat yah. Akhirnya lo bisa masuk sekolah lagi."

"Thank you Qeel! Gue bisa minta tolong ngak sihhh?"

"Apa Lin?" tanya Aqeela penarasan.

"Gue mau nyari kado buat crush nih, tapi bingun mau di temanin siapa gitu." ujar Alin dengan raut wajah malu-malunya

Keduanya larut dalam perbincangan seru melupakan sosok Rasyya yang sedari tadi hanya diam.

"Gue mau ik----."

"Ngak boleh!" seruan itu di balas Aqeela dan Alin secara bersamaan membuat keduanya tertawa.

"Yaudah Qeel, nanti gue kabarin yah kapan kita pergi," Alin berbicara sembari berdiri untuk masuk kekelasnya yang di balas Aqeela dengan anggukan dan jempol pertanda oke.

***

"Mam, Aqeela pamit dulu yah!"

"Iya sayang, hati-hati yah!"

Aqeela berjalan ke teras rumahnya menunggu taksi online yang sudah ia pesan lebih dulu.

5 menit kemudian taksi yang ia pesan datang.

Aqeela sudah duduk di kursi penumpang setelah membalas basa-basi dari sang supir taksi.

Setelah menempuh perjalan 30 menit Aqeela sampai pada Mall tempat ia janjian dengan Alin. Sembari menunggu Alin, Aqeela masuk lebih dulu sekedar berjalan-jalan.

Alin : Qeel! Sorry gue ngak bisa nih. Mendadak harus periksa.

Alin : lo gimana?

Alin : maaf yah Qeel.

Aqeela membaca pesan bertutun dari Alin. Ia menghela napas panjang, karena tak ingin rugi waktu ia berjalan menuju stand minum sekedar membasahi tenggorokannya.

Tak terasa waktu terus berjalan, setelah puas berkekeling dan membeli novel keluaran terbaru, Aqeela langsung memesan taksi online untuk pulang.

Di perjalanan pulang, Aqeela fokus pada novel barunya hingga tak sadar jika seseorang sedang membawanya pada ujung takdir.

"ARGHHHH!" teriakan kuat Aqeela melihat pisau sudah menanjap di lengannya.

"DIAM KALAU LO MAU SELAMAT!"

Aqeela hanya diam berusaha menahan rasa sakit pada lengannya yang terus mengelurkan darah. Aqeela menoleh pada jendela mobil dan melihat jalan menuju rumahnya. Aqeela bertanya-tanya untuk apa mereka mencelakai Aqeela lalu membawanya ke rumahnya sendiri? Ia sejujurnya takut melihat reaksi Mamahnya tak bisa di bayangkan. Ia masih di apit dua orang dan seorang supir yang juga terancam.

Aqeela menahan rasa nyeri yang semakin terasa, ia berusaha untuk tetap sadar namun rasa sakit lebih mendominasi hingga tak mampu untuk menahan tidak pingsan dengan darah yang terus megucur keluar.

"AQEELA! NAK BANGUN YA ALLAH!" Ambar meraih kepala Aqeela ke atas pahanya.

"RASYYA INI TANTE, TOLONG! SEGERA DATANG KE RUMAH TANTE JANGAN LUPA BAWA MOBIL!" teriaknya pada telpon, memerintah Rasyya. Karena hanya anak itu yang bisa ia mintai pertolongan. Selang 15 menit mobil Rasyya terparkir didepan nya.

"Tante! Aqeela kenapa!!??"

"Tante ngak tau, Tolong tante kita bawa Aqeela ke rumah sakit."

***

Rasyya sedang menemani Alin untuk periksa rutin, dan hal ini sudah menjadi tanggung jawabnya.

"Gimana Lin hasilnya?" ujarnya setelah melihat Alin keluar dari kamar pemeriksaan.

"Alhamdulillah mulai membaik Syya, Habis ini nongkrong dulu yuk." ajak Alin.

"Nongkrong mulu," jawab Rasyya seraya mengusap rambut Alin lembut, ia tak tahu saja efek dari perlakuannya untuk Alin.

"Ayo lah!" rengek Alin berusaha mengajak Rasyya untuk sekedar nongkrong biasa.

"Iya deh ayo," mendengar itu Alin langsung berseru dan langsung mengikuti Rasyya ke parkiran setelah mereka menebus obat lebih dulu.

Di kafe, Alin terus berbicara yang sesekali di tanggapi Rasyya, hingga Rasyya mengingat kejadian di kantin tadi.

"Ohiya, katanya lo mau pergi sama Aqeela?"

Alin langsung menoleh dan mengangguk, "iya, emang kenapa?" tanyanya berusaha tenang. "Gue janjinya besok sih."

Rasyya mengangguk paham, "yaudah balik yuk."

Alin hanya pasrah di boyong pulang oleh Rasyya.

"Tapi gue di rumah lo yah, Biasa di rumah sepi."

Rasyya hanya mengangguk tanda mengerti.

Setelah sampai di rumah Rasyya yang langsung membersihkan diri, lalu turun ke dapur, ia melihat Alin yang sedang memasak nasi goreng.

"Tumben masak," tunjuk Rasyya pada teflon berisi nasi.

Alin hanya tersenyum, "iya lagi pengen aja. Mau?" tawarnya.

"Boleh."

Dengan semangat Alin mengambil piring dan langsung mengisi nasi goreng buatannya, Rasyya berterima kasih yang di angguki Alin.

Belum sempat Rasyya memakan makanannya, suara deringan ponsel membuatnya langsung berjalan menuju ruang tamu tempatnya menyimpan hp.

"Ya halo Mah?"

Rasyya terdiam di tempat, hatinya mencelos mendengar apa yang dikatakan Amira tadi, tanpa fikir panjang ia langsung berlari melupakan Alin yang terus memanggilnya.





BERSAMAMU [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang