Park Jongseong atau yang lebih dikenal dengan nama Jay merupakan siswa baru, figur wajah yang selalu ia tampilkan hanya datar. Bukan tanpa alasan, ia hanya lelah untuk sekadar ber sosialisasi di lingkungan sekitar karena mungkin ada empat kali dirinya pindah sekolah dalam sebulan. Bukan, bukan karena pekerjaan sang Ayah namun karena ia mencuri di sekolahnya dulu, dan ia mengakui hal itu. Bukan juga karena dirinya miskin tapi karena ingin mendapatkan perhatian dari sang Ayah, dirinya di dunia ini hanya memiliki sosok Ayah namun sayangnya sang Ayah justru mala memilih pekerjaannya dari pada darah dagingnya sendiri, menyakitkan bukan? Jadi tak salahkan jika ia melakukan hal ini?
Jika kalian bertanya kenapa ia masi saja di terima di sekolah, maka jawabannya hanya sang Ayah menutup mulut para guru dengan sejumlah uang agar namanya tidak termasuk kedalam daftar hitam. Memang uang di atas segala-galanya tapi bagi Jay uang tidak bisa membuatnya bahagia, Jay tak peduli akan uang dan sekolah, Jay hanya ingin kasih sayang dari sang Ayah.
.
.
.
"Park Jongseong, panggil saja Jay," ucap seorang pria berparas manis dengan wajah tanpa ekspresinya
Siswa pindahan yang sedari tadi di gosipi oleh semua warga sekolah kini telah berdiri di depan mata mereka sendiri, dingin dan angkuh kira-kira itulah yang ada di dalam otak kecil mereka.
"Lihat wajahnya itu angkuh sekali, aku yakin di sekokahnya dulu ia adalah seorang pembully karena itu juga dirinya dipindahkan," bisik pria bermata rubah itu kepada temannya
"Jangan menilai dari luar." balasnya singkat lalu fokusnya ia alihkan kepada pemuda manis yang diketahui bernama Jay itu
Banyak orang yang terang-terangan membicarakan Jay, meski suaranya kecil Jay bisa mendengarkan hal itu dengan baik. Pendengaranya telah terlatih karena kalian tentu tahu jika seorang pencuri butuh pendengaran yang tajam agar tidak tertangkap polisi, benar?
____
Bel istirahat telah berteriak nyaring, semau warga sekolah senang bukan main karena akhirnya mereka bisa mengisi perut mereka yang sedari tadi telah berdemo untuk makan. Lain halnya dengan Jay, pemuda manis itu kini mala melangkahkan kaki jenjangnya kearah rooftop, sesampainya di rooftop otak pintarnya ia gunakan untuk hal yang telah terbiasa untuk ia lakukan. Merencakan pencurian, memangnya ada apa lagi? Menjadi anak teladan? Kata itu tak pernah ada di kamus Jay.
Berhari-hari telah berlalu begitu cepat, dan setiap harinya Jay akan mengambil barang siswa maupun siswi dan guru tanpa mereka sadari, barang itu hanya Jay tumpuk di dalam peti sudut lemari kamarnya.
.
.
.
Hingga suatu hari, seorang siswa datang menghampirinya di rooftop sekolah seraya membawa sekotak susu cokelat kesukaannya tapi Jay bukan bocah kecil yang akan berbinar senang kala melihat itu, diam dengan wajah datar itu yang ia lakukan.
"Hay! Kau Jay bukan? Aku Sim Jaeyun, panggil saja Jake," ternyata namanya Jake, pria itu tersenyum lebar layaknya orang idiot sedangkan sang lawan bicara hanya diam, enggan menanggapinya
"Ah iya! Ini untukmu, apa kau suka?" tanya Jake antusias seraya menyerahkan sekotak susu cokelat itu
"Tidak, terimakasih." dua kata meluncur dari bibir mungil itu
"Aku tak terima penolakan manis, ambil oke?" ucapnya lalu dengan seenaknya Jake meletakan sekotak susu cokelat itu di atas tangan mungil Jay, dan kini wajah Jay sedikit memerah karena ucapan Jake
"Hmm," balasnya cuek
"Kau tau? Sedari awal kau menginjakkan kaki di sekolah ini sudah banyak orang yang meng gosipimu, dan mereka bilang kau itu suka membully karena hal itu pula kau sering berpindah-pindah sekolah, mereka hanya menilai dirimu dari luar padahal nyatanya kau anak yang manis menurutku." ucap Jake panjang kali lebar, benar-benar berisik pikir Jay
KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence ─ Sub!Jay Oneshot
Teen FictionLimerence (n.) keadaan tergila-gila atau terobsesi dengan orang lain, di mana biasanya terjadi tanpa sadar dan ditandai oleh keinginan kuat untuk membalas perasaan seseorang, tetapi bukan untuk hubungan seksual. Begitu pun dengan member ENHYPEN kepa...