Warning!
Lokal area
M-preg
Untuk kosakata Cadel Y = L, C = S******
Seorang pemuda manis tampak termenung di meja belajarnya, di depannya ada sebuah buku dengan sampul sky blue dilengkapi pulpen perak berhiaskan ornamen kucing hitam.
"Hhh..." hembusan napas berat terdengar, pandangnnya yang sedari tadi menatap ke depan dengan pandangan kosong mulai ia alihkan kepada buku yang masi berisi halaman kosong itu
Tangan lentiknya kini perlahan mengambil pulpen perak, dengan lincah pulpen itu menari-nari di atas kertas. Kata demi kata mulai mengisi halaman kosong tadi, di benaknya kini berputar kejadian masa lalu yang kelam tapi tak apa karena sekarang harinya mulai penuh dengan warna-warni yang membuatnya tak pernah berhenti untuk tersenyum manis.
****
"Kau hanya anak yang tak kami inginkan kehadirannya! Anak yang terlahir karena kesalahan! Harusnya kau tak terlahir ke dunia ini agar kami bebas melakukan apapun yang kami inginkan." bagaikan berlatih, ucapan yang terlontar dari bibir orang yang rela membawanya selama sembilan bulan lebih itu langsung menusuk ulu hatinya.
Ia ingin berteriak, ia ingin menyangkal itu, ia ingin berujar sepata dua kata namun ia hanya bungkam seribu bahasa. Tak tahu harus berbuat apa selain diam karena Neneknya pernah berkata,
"Bahasa terbaik adalah diam, dan senjata paling mematikan adalah lidahmu."
Dan oleh karena itu ia hanya diam dengan mata berembun tapi sekuat tenaga ia menjaga kristal bening itu agar tidak terjun bebas diatas pipi tirusnya.
"Apa kau mendengarkanku bocah sialan?!" hardik sang Ibu yang membuatnya terlonjak kaget.
"Aku mendengarkanmu Mama, apa ada lagi yang ingin kau ucapkan?" tanyanya dengan suara lembut, senyum manis pun ikut menghiasi bibir mungilnya.
"Lebih baik kau pergi dari kehidupan kami, aku muak melihat wajah lugumu itu." ia hanya tersenyum miris, baginya ini adalah hal biasa bahkan ia pernah merasakan lebih dari ini.
Semesta seolah-olah enggan membuatnya bahagia, selalu saja ada kejutan yang berhasil membuat ia kembali jatuh ke dasar terendah, tapi tak apa ia telah terbiasa jadi harusnya ia tak perlu mengeluh kepada Tuhan kan?
****
Seorang pemuda manis tampak kacau, lelehan air mata dan surai indahnya terlihat sangat berantakan. Isakan kecil mengiringi langkah kaki kecilnya, wajah manis serta hidung bengirnya memerah karena sedari tadi ia tidak berhenti untuk menangis. Guyuran hujan yang menusuk hingga ketulang tak ia pedulikan justru ia senang karena dengan adanya hujan orang-orang tak akan tahu jika ia tengah bersedih, orang mana yang masi berkeliaran di tengah hujan lebat begini? Mungkin kalau ada itu hanya dirinya sendiri kkkk...
Ini bermula ketika ia hendak pulang ke rumah, tampat ia bekerja paru waktu tadi sungguh ramai akan pembeli dan ia selaku pekerja tentu tak bisa pulang ke rumahnya seperti jam biasanya meskipun atasannya telah mengizinkannya tapi tetap saja ia merasa tidak enak jika pulang duluan.
Pukul dua belas dini hari akhirnya pekerjaannya selesai.
"Kak Kasa, Sena pulang duluan ya, kakak tenang saja semua pekerjaan Sena telah selesai." ujar pemuda manis atau yang diketahui bernama Sena lebih tepatnya Arkasena Elena Frasisto itu dengan senyum manisnya meski terdapat guratan lelah pada wajah manisnya.
"Kau yakin? Bagaimana jika kau Kakak antarkan saja? Tak baik anak seusia dirimu pulang sendirian larut malam seperti ini." ujar sang pemilik cafe tempat Sena bekerja tampak khawatir kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence ─ Sub!Jay Oneshot
Novela JuvenilLimerence (n.) keadaan tergila-gila atau terobsesi dengan orang lain, di mana biasanya terjadi tanpa sadar dan ditandai oleh keinginan kuat untuk membalas perasaan seseorang, tetapi bukan untuk hubungan seksual. Begitu pun dengan member ENHYPEN kepa...