Malam itu, Jay menginap di kos-kosan milik kekasihnya, Sunoo. Tidak ada acara apa-apa, hanya saja Jay bosan berada di rumahnya sendirian, jadi dia pun meminta kekasihnya untuk menampung dirinya malam ini. Sunoo hanya bisa menganggukkan kepalanya, kalaupun dia menolak, Jay tetap akan tinggal bersamanya. Jay itu, keras kepala.
Sekarang, Jay sedang memencet tombol-tombol remote televisi Sunoo secara random. Lalu, Sunoo sendiri sedang sibuk dengan laptopnya. Beberapa detik kemudian, Jay melempar asal remote itu dan menatap ke arah Sunoo dengan pandangan memelas.
"Sunoo~ aku bosan!" adu Jay pada Sunoo yang masih tetap fokus pada layar laptopnya.
"Tidur saja kalau begitu," jawab Sunoo tanpa menoleh ke arah Jay.
Jay semakin memasamkan wajahnya. Kekasihnya ini kalau sudah terlarut pada tugasnya akan sangat sulit di ajak berbincang.
"Kalau begitu belikan aku bakso! Setelah itu, aku akan langsung tidur, dan kau bisa dengan tenang menyelesaikan tugasmu itu." Jay membuat tawaran pada Sunoo.
Sunoo berhenti mengetik. Ia menatap Jay dengan pandangan horor.
"Jay, apa kamu tidak tahu kalau sekarang hampir tengah malam?" tanya Sunoo, masih dengan wajah horornya.
Jay pun menoleh ke arah jam dinding yang ada di sana. Sedetik kemudian, matanya melebar dengan mulut yang ikut menganga.
"Wah, waktu cepat sekali berjalan. Sepertinya aku baru duduk satu jam, sejak aku tiba di sini sore tadi," gumam Jay.
"Jadi, sudah tidak ada yang jual bakso. Kamu ini jangan meminta yang aneh. Apa aku masakin nasi goreng?" tawar Sunoo.
Jay menggeleng ribut, jangan lupakan bibir yang ia majukan beberapa centimeter ke depan.
"Tidak! Tidak! Tidak! Nasi goreng buatanmu itu tidak enak tahu! Lagipula, aku kan inginnya daging, bukan nasi." Jay menolak tawaran Sunoo itu cepat.
Sunoo memijit pangkal hidungnya. "Aduh, terus gimana? Sudah malam, tidak ada yang jual bakso selama 24 jam di daerah ini, Jay."
Jay melipat kedua tangannya di depan dada, wajahnya ia buang ke samping. Ia sedang kesal!
Lalu tiba-tiba, Jay mendengar suara mangkuk di ketuk dengan benda berbahan logam. Jay juga sekilas mendengar suara orang yang meneriakkan kata 'bakso'.
"Nah itu! Itu pasti orang yang keliling jualan bakso. Sunoo, cepat kasih aku uang, keburu tukang baksonya lewat!" kata Jay semangat.
Sunoo sendiri mengerutkan keningnya bingung. Tapi, dia tetap mengeluarkan dompetnya yang mana langsung di rebut oleh Jay.
"Terima kasih, kekasih Jay memang baik!" seru Jay sambil berlari keluar dari kos Sunoo.
"Tapi, Jay!" teriakan Sunoo terhenti, ketika Jay sudah menutup pintu kosnya. "Eih, suara apa yang sebenarnya Jay maksud? Aku bahkan tidak mendengar suara apa-apa dari luar," kata Sunoo sambil kembali berkutat pada tugasnya.
Sedangkan Jay sekarang tengah menoleh ke kanan-kiri, mencari tukang bakso yang tadi ia dengar suaranya. Dari kejauhan, Jay melihat seseorang mendorong gerobak, dan Jay sangat yakin, bahwa itu adalah tukang bakso yang ia cari.
"Akhirnya!" pekik Jay senang, ketika orang yang mendorong gerobak itu semakin dekat dengannya. "Pak! Beli baksonya satu bungkus, gak pakai mie ya!" kata Jay memesan.
Orang itu hanya mengangguk tanpa membalas menggunakan ucapan. Dapat Jay lihat, orang itu, yang ternyata laki-laki yang cukup berumur, sedang menyiapkan pesannya. Tapi, Jay merasa sedikit aneh dengan suasana malam ini.
Jay merasa sedikit lebih dingin, tapi ia juga merasa panas di saat yang bersamaan. Bau-bau bunga yang Jay takuti juga tercium oleh hidung mancung Jay. Walaupun tidak terlalu pekat, tapi itu sukses membuat bulu kuduk Jay meremang.
"Pak, apakah pesanannya masih lama?" tanya Jay yang sudah tidak nyaman untuk terus berada di luar.
Jay melihat itu, gelengan kemah dari lelaki yang bisa dikatakan tua. Jay hanya bisa menghela napasnya kasar, ia menggosok kedua telapak tangannya dan setelahnya, ia menempelkannya di kedua pipinya. Lalu, Jay menatap tangan penjual bakso itu yang akan membuka tutup pancinya.
Bagaikan efek slowmotion, dunia bagi Jay mendadak memelan. Matanya melotot perlahan. Lalu, tiba-tiba ia berteriak kencang sambil berlari terbirit-birit masuk ke dalam kos Sunoo.
"AAAAAAAAAAA, BUNDA! JAY LIHAT SETAN, BUNDA! HUWAAAAA."
BRAK
BRAK
Jay membuka kasar pintu kos Sunoo dan menutupnya dengan tak kalah kencang. Membuat Sunoo yang lagi dalam mode tenang terkejut, bahkan hampir terjengkang.
"Aduh Jay, kamu kenapa buka sama tutup pintunya kenceng gitu? Nanti kalau rusak, bisa kena marah ibu kos. Terus, kenapa kamu teriak-teriak, ada apa, hm?" tanya Sunoo seraya mengelus dadanya sabar.
"SUNOO! HUWAAAA, SUNOO." Jay langsung berlari ke arah Sunoo yang sudah berdiri tidak jauh dari tempatnya. Jay langsung masuk ke dalam pelukan Sunoo dengan tubuh bergetar ketakutan.
"Duh, kamu kenapa? Seperti habis lihat setan aja," kata Sunoo sambil membalas pelukan Jay.
"EMANG! HUHU, DI DEPAN ADA SETAN! HUWAAA, JAY TAKUT!"
Sunoo mengerutkan keningnya. "Kamu jangan aneh-aneh, deh. Gak ada setan di depan. Udah ya, sekarang kamu tidur aja."
Jay melepas pelukan itu dan menatap Sunoo sedih, wajahnya saat ini sangat kacau. Air mata yang terus keluar membuat penampilannya terlihat acak-acakan.
"Ih, Sunoo gak percaya sama Jay?" tanya Jay lemah, masih ketakutan.
"Eh, bukan begitu. Ya, kalau begitu, aku cek dulu di depan."
Sunoo hendak membuka pintu, tapi Jay menghentikannya.
"Jangan! Lihat lewat jendela saja, Jay takut nanti Sunoo malah pingsan, huhu ..." kata Jay memberi saran.
Sunoo pun mengangguk pasrah. Dengan perlahan, ia membuka korden jendelanya.
"Mana? Gak ada kok. Udah ya, sekarang Jay tidur. Sunoo temenin Jay sampai tidur, deh." Sunoo menarik tangan Jay untuk cepat-cepat pergi dari sana.
"Ih, tapi ... tapi Jay lihat ada hantu loh. Terus, ada kepala hantu yang keluar dari panci. Seram!"
"Gak ada. Nah, sampai. Cuci muka sama gosok gigi dulu sana," kata Sunoo.
"Tapi, nanti kalau ada hantu di dalam cermin atau-"
"Gak ada, Jay. Percaya, deh," kata Sunoo memotong ucapan Jay.
"Em, baiklah."
Sunoo terus memandangi Jay yang berjalan ke arah kamar mandi. Setelah Jay masuk, Sunoo langsung ngos-ngosan dan duduk di ujung kasur.
"Gila, gila. Sumpah sih, itu tadi serem banget! Pantesan aja Jay sampe nangis kejer gitu. Alamat nyari kos-kosan baru ini," gumam Sunoo.
Ya, sebenarnya Sunoo melihat apa yang Jay lihat. Hanya saja dia diam, karena tidak ingin membuat Jay semakin takut.
Sunoo melihat, seorang kakek-kakek yang tubuhnya sangat kurus dan di punggungnya terdapat punuk, kakek itu sedang memegang kendali pada gerobaknya dan menatap ke arahnya sambil tersenyum ramah, tapi tetap saja terlihat mengerikan!
Lalu, Sunoo juga melihat ada sesuatu di dalam panci yang ada di gerobak itu, seperti kata Jay tadi. Sunoo melihat seorang perempuan berambut panjang, yang sepertinya sedang berendam di dalam sana, karena rambutnya basah dan wajahnya terlihat sangat pucat. Itu tidak kalah mengerikan!
"Sebaiknya aku berhenti bercerita, aku takut Jay mendengarnya. Bisa-bisa ia nangis sampai pagi," batin Sunoo.
end
Hope you enjoy this story.
Salam damai
Z🐊
KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence ─ Sub!Jay Oneshot
Fiksi RemajaLimerence (n.) keadaan tergila-gila atau terobsesi dengan orang lain, di mana biasanya terjadi tanpa sadar dan ditandai oleh keinginan kuat untuk membalas perasaan seseorang, tetapi bukan untuk hubungan seksual. Begitu pun dengan member ENHYPEN kepa...