🍒21

77 13 2
                                    

“Kejutan!!”

Teriakan Seojoon menggema dalam ruang ketika sang pemilik kamar hendak memoles bibirnya dengan pewarna rose berry andalannya. Heeyeong hampir saja benar-benar akan mencoreng wajahnya seketika itu juga. Siapa yang tak kaget jika mendadak saja suara itu muncul dan ia pun tak menyadari jika pintu kamarnya tengah dibuka oleh seseorang dari luar.

“OPPA!!”

Heeyeong berlari menghambur dalam pelukan ketika sang kakak tengah berjalan ke arahnya setelah ia kembali menaruh lipstiknya baru saja.

“Kau merindukanku anak nakal?”

Tak ada sanggahan. Heeyeong hanya terus  menduselkan wajahnya di dada bidang pria itu, mengangguk berulang-ulang tanpa memberikan suaranya. Mengeratkan pelukan kala tangan sang kakak mengusap penuh sayang di belakang kepalanya.

“Kenapa kau mendadak kemari? Apa sedang ada urusan?”

“Heum, aku baru saja menemui seseorang untuk urusan pekerjaan.”

“Appa dan eomma tahu kau datang?”

Pria itu menggeleng, lalu menundukkan wajahnya untuk melihat tatapan sang adik yang mendongak padanya. “Anii.. tapi aku akan menginap untuk malam ini. Anggap saja kejutan untuk semuanya. Ahh ya, Oppa punya tiket nonton malam ini. Kau mau menemani oppa menonton?”

Heeyeong malah mematung, matanya terus menyorot pada hazel sang kakak dan mulai memundurkan langkahnya. Melepas pelukannya kemudian menunduk, “Maaf Oppa—“

“Aku ada janji dengan seseorang untuk membahas masalah pekerjaan.”

“Apa itu dengan Jimin-ssi?” Raut wajah Seojoon berbingar, ujung matanya mengerucut dan bibirnya terangkat sebelah. “Apa Oppa kali ini benar?”

“Bagaimana Oppa tahu?“ ujar Heeyeong dengan sedikit ragu.

“Wooa— Cepat sekali kerja pria muda itu.” Seojoon terbahak sembari melipat kedua tangannya di depan dada. “Yahh, sebenarnya karena Oppa yang memberitahukannya tentang kerjasama besar antar perusahaan waktu itu. Dan kebetulan satu bulan lalu ia berhasil membuka kantor cabang di Seoul. Ahh, kurasa dia memang pria yang cerdas dan luar biasa, nona Lee.”

Mata gadis itu terbelalak. Ia tak pernah menyangka jika sang oppa ternyata yang berada di belakang semua ini. Mempertemukannya kembali dengan Jimin setelah hampir setengah tahun mereka tak saling bekomunikasi. Apakah ini bisa disebut dengan akal bulus? Atau sebuah bala bantuan yang dikirim Tuhan untuknya?

“Pergilah. Oppa tak akan menyulitkan kalian berdua.” senyum itu berkembang di wajah rupawan putra Lee. “Lagipula appa dan eomma tak akan menaruh curiga jika kau berkata mengurus masalah pekerjaan. Bukankah kalian sama-sama bekerja sama dalam satu bisnis yang sedang dikembangkan? Hmm, meski—ada hal lain di luar itu.”

“OPPA!!” wanita itu malu, wajahnya mulai merah padam saat tangannya memelintir dress sifonnya. “Haruskah aku berterima kasih padamu,oppa? Atau aku harus memberi tepuk tangan atas semua kehebatan kakakku atas semua ini?” Heeyeong mengangkat alisnya dengan senyum penuh suka cita di wajahnya.

“Kau hanya perlu melakukan satu hal untukku.”

Heeyeong mengerutkan dahinya, kalimat sang kakak nyatanya tak pernah disangka sekalipun. Ada hal yang harus dibayar? Apa?

“Suatu saat akan kutagih. Kau tenanglah, karena permintaanku bukan untuk saat ini.” ujar Seojoon sambil mencubit pipi adik tersayangnya. “Pakailah lipstikmu, aku tak ingin Jimin melihatmu seperti vampire yang kehausan darah. Perhatikan kulit putihmu yang pucat, kau nampak mengerikan Yeong-ah.”

Cherry Blush [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang