🍒 5

170 23 21
                                    

"Apa kau benar-benar sudah membaik?" Ji Min makin menaruh perhatiannya pada Hee Yeong setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika wanita itu tergeletak lemah di ruang meeting.

"Aku sudah membaik Jim. Jangan melihatku seperti itu."

Ji Min masih memperhatikan mata Hee Yeong yang menatapnya lekat-lekat. Seluruh atensinya kini ia tuangkan pada sosok di hadapannya. Dengan tangannya yang menopang dagu, dan matanya yang mencoba tertahan untuk tidak berkedip membuat Hee Yeong akhirnya salah tingkah. Hingga sampai pada menit berikutnya Hee Yeong dengan spontan menutup wajahnya. Menutupi wajahnya yang memerah seperti buah cherry yang ada di pucuk kue di hadapannya. Menutupi diri dari pandang mata yang terus menyorotnya.

Ji Min seperti sedang mencoba menghipnotisnya, mencoba mengambil seluruh dunia wanita yang bersamanya sore ini. "Kau tahu, bagaimana Seo Joon begitu mengkhawatirkanmu tadi?"

"Maaf. Aku kelelahan Tuan. Dan aku tidak sempat sarapan sedikitpun." Hee Yeong kembali menaruh sudut matanya pada Ji Min, membalas mata yang tak menurun sedikitpun menatapnya.

"Asal kau tahu. Aku cemburu padanya tadi." Ji Min memundurkan punggungnya, menyamankan pada sandaran sofa di toko kue miliknya. "Wajah khawatirnya dan spontanitasnya untuk segera membopongmu menuju ruang istirahat dan-"

Hee Yeong tertunduk, memainkan buah cherry dan mencelupkannya pada susu caramel di cangkirnya. Masih saja mendengarkan semua curahan hati pria itu, "Dan?"

Pria itu membuang wajahnya. Kesal. Menarik napas dan mencoba menyetabilkan emosinya yang hampir saja meluap tak terkendali. "Sudahlah lupakan."

Hee Yeong tersenyum lebar mendengar bagaimana kekesalan Ji Min terdengar begitu menggelikan hanya karena ia cemburu pada Seo Joon. Kecemburuan yang sebenarnya memalukan jika saja ia mengetahui siapa Seo Joon sebenarnya. Semua sepertinya menyenangkan jika bisa tertutupi dalam waktu sangat lama. Dia akan mendengar ocehan-ocehan Ji Min mengenai kakak tersayangnya.

Wanita itu mengangkat celupan cherry merah yang sedari tadi diputar-putarkannya dalam cangkir berisi susu caramel kental dengan melirik Ji Min yang masih dengan wajah kesalnya. "Coba makan ini. Siapa tahu bisa mengubah moodmu yang tidak baik."

Dahinya mengerut memandang Hee Yeong yang menyodorkan setangkai cherry yang terlihat begitu menggiurkan di tangan wanita itu. Bersama anggukan Hee Yeong yang meyakinkan, Ji Min membuka mulutnya dan melahap buah yang merona itu untuk disantapnya.

"It's too sweet." Ji Min sedikit memejam saat merasakan manis itu menguar dan benar-benar terasa di lidahnya.

"Yes, I know Sir. That taste like your attention." Senyum itu kembali lagi mengembang. Tapi kali ini Ji Min yang menjadi malu-malu dengan wajahnya bersemburat merah dan merunduk menghindari tatapan Hee Yeong yang makin memikatnya.

🍒

Sejak pertemuan pertama hingga segala keberuntungan mereka untuk kerap kali bertemu cukup membuat Hee Yeong makin menyadari sosok Ji Min terasa begitu sempurna untuknya. Wajah yang dimiliki pria itu, suara lembutnya, tatapan mata dalam miliknya, senyum yang selalu memikat untuk membuatnya terhipnotis dalam waktu yang sangat singkat hingga betapa perhatian sosok itu padanya membuat Hee Yeong tak sanggup menahan segalanya. Segala deru buncahan di batinnya membuatnya sering tersenyum sendiri saat mengingat sosok itu.

Seperti ribuan kupu-kupu yang riuh terbang di ulu hatinya, membuatnya terkikik geli menatap bunga krisan putih yang dikirimkan Kimiko Florist ke kantornya, hasil pesanan dari seseorang yang ditemuinya disana dulu dan baru saja dikirimkan kurir untuknya.

"Apa kau memesannya?"

Hee Yeong tersenyum dan menggeleng pada Seo Joon yang curiga memperhatikannya. Menyipitkan mata dan mendekatkan jarak dengan adiknya, mencuri baca tulisan yang ada di buket yang berada di tangan Hee Yeong.

Cherry Blush [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang