🍒16

116 15 0
                                    

Untuk hati yang telah singgah dan merasa nyaman, siapapun pasti tak ingin pergi. Pasti ingin berada disana dan menetap untuk selamanya. Dan Heeyeong menjadi salah satunya.

Entah apa yang membuatnya semakin menggila pada sosok Jimin. Masih saja ia tak bisa menjelaskannya dengan gamblang.

Jika sekadar paras, kaum hawa yang hanya melirik sosoknya pun pasti akan berkata ‘ya, dia pria yang sangat tampan’. Jika mengenai harta, siapapun pasti tahu sesukses apa pria itu saat ini. Hanya saja jika Heeyeong menilai dari paras, maka tak sepenuhnya paras Jimin mampu membuatnya bertekuk lutut. Toh dirinya memiliki kakak laki-laki yang juga tak bisa diabaikan ketampanannya. Dan begitu pula dengan harta, Heeyeong tak bisa dianggap remeh tentang bagaimana menjadi seorang putri keluarga besar Lee—selaku CEO ternama.

Hati?

Terkadang wanita itu juga masih meragukannya, karena Ae Ri nyata belum resmi menikah dengan sahabatnya. Menjengkelkan memang jika harus mengupas tuntas tentang wanita itu. Tapi, semua mulai diabaikannya. Membiarkan waktu yang akan menjawab sejauh apa hubungan yang mampu dipertahankan mereka setelah beberapa waktu lalu dipenuhi pertengkaran.

“Hey! Kenapa kau melamun?” tegur Seojoon pada adik kesayangannya yang menatap gelas jus di hadapannya dengan tatapan kosong.

“Tidak. Aku tidak melamun. Aku hanya sedang berpikir saja.”

“Apa kau yang kau pikirkan? Apa mengenai cuti yang kau ajukan padaku kemarin?”

Heeyeong menggeleng dan dilanjutkan satu anggukan yang menarik perhatian  sang Oppa.

“Apa maksudmu dengan menggeleng dan mengangguk?”

Wanita muda itu menatap cemas, melengkungkan bibirnya bersama tatapan memelas yang ia sodorkan pada sang Oppa.

“Baiklah, baik. Kau boleh berlibur dengan kekasihmu. Tapi ingat, jangan melakukan hal macam-macam.” Kalimat peringatan sekaligus persetujuan itu terlontar dengan suara berat yang bercampur khawatir.

Heeyeong mendirikan tubuhnya, memeluk Oppa kesayangannya dan memberi kecupan sayang di wajah pria itu. Sebuah ungkapan yang tentu saja pantas untuk dilakukannya jika pada seseorang yang teramat dicintainya. “Aku berjanji padamu. Aku sudah dewasa, Oppa.”

Seojoon menggeram. Menarik napasnya sebelum ia merengkuh tangan Heeyeong yang menyilang di depan dadanya, sebab adik kecilnya memeluk dengan erat  dari sisi belakang.

“Aku akan memberi hukuman pada Jimin-ssi jika dia berani menyentuh adik semata wayangku.”

Heeyeong tergelak, menertawai bagaimana sang kakak menjadi lebih protektif terhadapnya. Dan memberi anggukan untuk menerima ultimatum yang baru saja didengar perungunya.

“Call…”

🍒

Tak butuh hitungan hari untuk melakukan perayaan bagi hubungan Heeyeong dengan pria yang dicintainya. Begitu pula bagi Jimin. Pria itu tak pernah melakukan peringatan selayaknya pasangan muda Korea, karena baginya setiap hari mampu bertemu dengan pujaan hatinya itu sudah lebih dari segalanya. Dan untuk kali ini, pertama kalinya bagi Jimin dan Heeyeong memilih berlibur berdua ke Jeju. Menikmati waktu sepenuhnya dengan orang yang telah merebut seluruh hatinya.

“Oppa—“

Jimin berdeham, mengangkat alisnya dan melirik pada gadis yang sedari tadi fokus pada santapannya siang ini. Memperhatikan sumpit itu telah tergeletak di atas mangkuk yang kini telah kosong.

“Apa kau sadar satu hal tentang dirimu?”

Jimin mengerutkan dahinya, berpikir singkat tentang maksud pertanyaan wanitanya.

Cherry Blush [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang