Maaf buat up ceritanya bener-bener lama banget
🤧🥺
Semoga masih setia dan masih kuat buat baca part ini dan seterusnya..
🦋
...
Hee Yeong melarikan diri dari suasana malam yang menghukumnya. Bagaimana matanya malam itu mendapatkan kenyataan jika sahabatnya ternyata berada pula dalam situasi ini, membuatnya tak dapat bicara apapun.
Sosok wanita yang selama ini dipertanyakan dirinya ternyata adalah wanita yang telah mampu menangkap hati Jung Kook. Wanita yang namanya disebutkan bersamaan dengan sang kekasih yang juga turut memanggil nama itu.
"Ae Ri."
Hee Yeong masih dengan jelas mendengar saat nama itu disebut dengan lantangnya. Membuatnya memejam dan merasakan bagaimana ia ingin memutar waktu dan tak membiarkan kejadian itu terjadi di depan kedua matanya. Hingga suara obrolan ringan terdengar samar memecah lamunannya saat ini. Suara dua pria yang begitu disayanginya tengah berbincang kecil tepat di depan kamarnya. Dan kini membawa wajah Jung Kook dengan senyum kecilnya nampak menghampiri dirinya setelah derit pintu itu terbuka olehnya.
"Hai, Yung-o."
"Untuk apa kau kemari?" ujar Hee Yeong dengan ketusnya.
"Ada yang harus kujelaskan padamu."
"Jika itu mengenai Ae Ri, aku tak ingin mendengarkannya saat ini. Dan lebih baik kau pulang saja."
Hee Yeong nampak terlalu lelah setelah malam itu. Dirinya memilih untuk sendiri seusainya bekerja dan tak ingin siapapun mengganggu waktunya, termasuk sahabatnya sendiri.
"Hee Yeong-ah. Aku tahu kau begitu terkejut, tapi kau harus tahu hal lain lagi."
"Apa lagi yang harus kutahu? Apa lagi yang kalian rahasiakan dariku?! Hah?!"
Jung Kook menarik paksa tangan wanita itu. Memberikan pelukan hangat yang selalu menenangkan kala Hee Yeong tengah berada dalam kegelisahannya. Hanya itu yang selalu dilakukan Jung Kook. Hanya sebuah pelukan yang dibutuhkan wanita itu, tak lebih.
Jung Kook sangat mengenal Hee Yeong, dan apapun hal kecil tak ada yang mampu dilupakannya. Sampai dirinya teringat saat mereka masih kecil dan Hee Yeong mendapat perlakuan kasar dari temannya, Hee Yeong hanya akan menangis dan selalu berakhir dalam pelukan Jung Kook yang menenangkan. Hingga wanita itu akan kembali tersenyum dengan sebuah permen lollipop yang selalu dikantonginya.
"Tenanglah Hee Yeong-ah. Maafkan aku yang tak mengatakan hal ini padamu sejak awal. Aku hanya ingin mencari waktu terbaik untuk memberitahumu. Tapi ternyata tindakanku salah. Aku malah memperlarut masalah ini. Maaf." Jung Kook terus saja mengelus lembut surai wanita itu, meredakan tangis yang pecah di atas bahunya yang basah.
"Mengapa semua orang membuatku seperti orang bodoh, Jung? Apa terlalu sulit untuk kalian mengatakan semua halnya padaku?" isak tangis itu masih saja keluar bersama ocehan Hee Yeong yang meracau.
Pria itu tak mampu bicara. Hanya diam dan mencoba ikut menyetabilkan dirinya. Ada perasaan bersalah yang juga terasa menyergapnya. Satu langkah yang harusnya ia lakukan setelah menemukan sosok Ji Min yang ternyata menjadi pendamping Hee Yeong, yaitu mengatakan semuanya. Tapi sayang tak ia lakukan, dan ini menjadi hal terburuk bagi orang yang telah mengambil hatinya sejak dulu.
"Maafkan aku Hee Yeong-ah. Maafkan aku."
🍒
Sore ini nampak gelap. Tak ada pendar cahaya yang mampu menjadi penerang dalam gelap pikiran wanita itu. Hee Yeong masih tetap sama. Berdiam diri dan hanya memperhatikan angin meniup pada ranting pohon yang kedinginan disana.
"Hee Yeong-ah. Tolong beri aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya padamu."
Tangan Ji Min menyekat pergerakan Hee Yeong. Tak membiarkan wanita itu berdiri dari hadapannya sedetik pun. Berharap jika waktu ini masih akan berpihak pada dirinya dan membiarkan hubungan mereka akan membaik.
Hee Yeong menyeka tangan itu, tersenyum getir dan tak ingin bicara lagi. Dirinya sudah menyaksikan sendiri bagaimana Ji Min tak mencegahnya pergi saat malam itu. Bahkan hanya menyaksikan dirinya menangis dan berlalu. "Sudah cukup Jim. Aku saja yang terlalu bodoh, mengambil keputusan untuk jatuh cinta padamu tanpa mengetahui sepenuhnya tentang dirimu."
"Bukan begitu Hee Yeong-ah. Aku-"
"Mulai saat ini kita akhiri saja hubungan kita."Hee Yeong segera berdiri, tersenyum dan melangkah pergi. Disusul Ji Min yang kembali meraihnya dari belakang. Ji Min tahu ini sungguh buruk. Tapi membiarkan Hee Yeong pergi itu jauh lebih buruk. Sama artinya dirinya membiarkan jiwanya yang baru terlahir kembali, mati untuk kedua kalinya. Dan ini tak akan ia biarkan.
"Ae Ri adalah masa laluku. Dan aku tak akan pernah kembali untuknya. Aku berjanji padamu."
Segenap rasa yang mendekam dalam diri Hee Yeong terasa semakin menyakitkan. Kenapa tak dari awal saja semua diceritakan dengan baik, tak perlu menunggu hingga akhirnya akan saling menyakiti. Kebodohan macam apa yang terjadi saat ini?
"Lepaskan aku Jim. Biar aku yang pergi. Bawa semua masa lalu dan rahasiamu. Aku tak lagi menginginkannya." Hee Yeong memaksakan lepas dari ikatan tangan yang merantai tubuh kecilnya. Ia tak sanggup merasakan debar kacau ini. Terlampau membawanya semakin dalam ke jurang kehancuran di depan matanya.
Wanita itu berlalu, tak mengindahkan rambu lalu lintas yang berada di dekatnya. Hanya memaksakan pergi dan berlari sekuat tenaga untuk melepaskan diri dan menuju ke seberang jalan.
Namun, keberanian yang terlampau menggelapkan pikirannya mendatangkan hal lain di detik saat ia melangkah lebih cepat.
Ji Min berlari mengejar dirinya disaat kepala pria itu menoleh dan melihat sebuah mobil tengah melaju dengan kecepatan tinggi hendak mengarah pada wanita yang berada di pertengahan jalan. Membuat pria itu mendorong Hee Yeong dengan cepat dan merasakan benda keras itu secara begitu kilat menghantam tubuh pria itu hingga terpental dan menggelinding.Hee Yeong tersungkur di garis tepi. Sedangkan saat matanya yang menengok ke belakang, ia hanya menemukan semua mata yang memandang pada satu titik. Membuatnya mengikuti arah pandang semua orang hingga akhirnya ia menemukan hal yang begitu menghancurkannya. Semua orang berteriak histeris dan memekakkan telinga, dan bau anyir telah semakin merebak. Darah telah mengalir deras. Mobil yang menabrak pun berhenti dengan cekat di pertengahan jalan, menarik seluruh atensi pengendara lain dan orang di sekitar mereka. Tak luput pula Hee Yeong yang menguatkan diri untuk berdiri dan mencoba berlari dengan degub jantung yang memburu.
Teriakan spontan dan begitu histeris keluar dari bibir Hee Yeong seketika matanya menatap pria yang begitu dicintainya tergeletak menelungkup di atas aspal.
"Ji Min-ahh!!!"
Semua hilang. Semua lenyap. Dan semua hancur.
Tak ada suara yang dapat didengarnya, kecuali sirine yang memecah keramaian. Dan kini Hee Yeong semakin meraung, memanggil seseorang yang tak lagi mendengar suaranya.
🩸🎋
KAMU SEDANG MEMBACA
Cherry Blush [End]
FanficKimiko Florist. Tempat dimana pertama kali Hee Yeong bertemu dengan Park Ji Min. Memberi ingatan kuat pada dirinya tentang sebuah kebetulan yang manis dan menjadi sebuah takdir baru untuk dirinya. Hingga membuat wanita itu harus merasakan manis dan...