🍒10

112 20 8
                                    

"Apa dia pria yang kau impikan selama ini?"


"Aku tidak memimpikan seperti apa pria yang akan mendampingiku. Tapi kurasa dia pria yang baik." Hee Yeong kembali memotong kecil potongan kue vanilla di hadapannya. Membiarkan Jung Kook yang sesekali mengamatinya.

Jung Kook tahu, Hee Yeong tak pernah bisa berbohong padanya. Dan satu jawaban kini membuat dirinya sadar jika Hee Yeong telah melabuhkan cintanya. Wanita itu kini telah berhasil menentukan pilihan hidupnya.

"Mengapa kau menatapku seperti itu?" matanya melirik, melihat Jung Kook yang terus memperhatikannya saat ini justru membuatnya tak nyaman. Ada yang dirasa tengah disembunyikan pria muda itu. Tapi hal apa, Hee Yeong tak akan menanyainya, kecuali pria itu sendiri yang secara gamblang menceritakan isi kepalanya. Maka dengan senang hati Hee Yeong akan mendengarkannya.

Pria itu mendadak tertawa dan menggeleng tanpa arti. Membuat Hee Yeong menendangkan kakinya di bawah meja pada lelaki itu.

Hingga saat rasa kesal masih menyelubunginya, sebuah getaran terasa di atas meja. Panggilan masuk dari Ji Min kini membuat Hee Yeong meletakkan alat makan kecilnya untuk segera meraih ponsel yang terus bergetar. Segera menjawab sambungan telpon dari seseorang yang dicintainya.

Tak berlangsung lama wanita itu telah kembali meletakkannya kembali.

"Ada apa?"

"Dia akan menjemputku kesini. Nanti kau bisa pulang sendiri, jadi tak perlu mengantarku ke rumah. " Hee Yeong meneguk habis orange juice yang tersisa di gelasnya. Segera merapikan beberapa barang yang tadi dikeluarkannya dari dalam tas. Bersiap menunggu seseorang yang akan mengambilnya secara paksa dari hadapan Jung Kook. "Kenapa kau tersenyum seperti itu?"

"Sekarang aku tak bisa lagi meminta waktumu untukku, Yung-o. Bahkan sudah beberapa kali setiap aku meminta waktumu hanya untuk bersamaku, selalu berakhir dengan kau diculik secara paksa dan aku akan berkendara sendiri lagi saat pulang."

Hee Yeong terdiam. Apa yang dikatakan Jung Kook tidak salah. Semua benar adanya. Setiap kali dirinya mengatakan pada Ji Min jika akan keluar dengan sahabatnya. Maka dua jam kemudian pria itu akan mengatakan akan menjemputnya. Dan selalu begitu.

"Mianhae Kookie-ya." Tanpa jawaban kata dari Jung Kook, ponsel itu telah kembali bergetar dengan layar yang menampilkan nama Ji Min. Membawa wanita itu beranjak perlahan untuk kemudia pergi meninggalkan Jung Kook yang masih terdiam menyilangkan tangannya di kursi sofa.

**

Selama perjalanan Ji Min hanya diam. Selalu hal yang sama yang terjadi jika Ji Min mengambil alih wanita itu dari sisi Jung Kook. Jika beberapa kali Hee Yeong dibawa menuju pantai, tidak untuk kali ini. Ji Min seperti tanpa tujuan. Nampak wajah lelahnya dengan beban yang jelas terlihat dari pandangannya saat memperhatikan jalan yang mereka lalui.

"Ji Min-ah. Apa kau baik-baik saja?"

Ji Min sejenak menepikan mobilnya ke tepi jalan. Merebahkan tubuhnya dan memejam sebelum suaranya kembali memecah keheningan. Hembusan nafasnya terasa berat saat menengok ke samping kirinya, dimana Hee Yeong dengan pandang matanya terlihat sangat mengkhawatirkannya.

"Aku baik-baik saja. Kau tak perlu khawatir." Tangannya menyentuh pada sisi wajah Hee Yeong, namun wanita itu menjadi sedikit terkejut.

"Kau demam?"

Ji Min hanya tersenyum. Mencoba menenangkan wanitanya agar tidak khawatir. "Tenang. Aku akan baik-baik saja asal kau bersamaku."

Wanita itu membelai wajah Ji Min yang nampak mengeluarkan keringat dingin. "Biar kugantikan menyetir. Kau pindah kesini. Kita akan ke rumahmu. Kau harus segera minum obat. Lagipula ini sudah malam."

Cherry Blush [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang