🍒13

110 19 8
                                    

Semua semakin rumit. Ji Min semakin sulit untuk dipahami. Dan seakan pria itu terlalu enggan untuk memberi penjelasan lain pada Hee Yeong mengenai semua yang telah ditangkap wanita itu.

Apa yang ditangkapnya tetap sama. Wanita yang sama seperti yang ditemuinya waktu itu. namun tak ada yang berubah kala Hee Yeong menginginkan segala kejujuran dari Ji Min.

Pria dengan sweater hitam itu menengok.  Hee Yeong telah bercerita panjang lebar tentang segala kerisauannya. Jung Kook pendengar yang baik hingga saat ini. Tak memberi tudingan maupun sanggahan dengan cerita yang disampaikan sahabatnya. Bahkan hanya memberi tepukan pada punggung tangan Hee Yeong untuk menguatkannya.

“Apa kau tak bisa memberi saran padaku, Tuan?”

“Aku tak bisa menghakimi seseorang yang tak kukenal Yung-o. Ji Min adalah kekasihmu, maka akan lebih baik kau menanyainya secara langsung dengan baik-baik. Jangan mendahulukan emosi atau kecemburuanmu. Karena bukan hal baik yang akan kau dapatkan nanti.”

Hee Yeong mencerna perkataan Jung Kook. Benar apa yang dikatakan pria itu. Akhir-akhir ini ia hanya mengandalkan keegoisannya. Tak memberi waktu tenang pada Ji Min untuk menjelaskan. Bahkan saat Ji Min akan menjelaskan, dia hanya akan segera melenggang pergi dengan membawa rasa sesak dalam batinnya.

“Beri dia waktu. Tenangkan dulu dirimu sebelum kembali menemuinya. Cari waktu terbaik untuk kalian menyelesaikan semuanya. Dan pesanku, dengarkan dia sebaik mungkin. Jangan ciptakan pikiran buruk sebelum dia menyelesaikan penjelasannya. Atau kau akan menyesal setelahnya.”

Perkataan Jung Kook semakin membuatnya menyadari apa yang telah dilakukannya adalah salah.

“Baiklah. Aku akan segera menemuinya.” Hee Yeong menghela napasnya dan kembali menilik ponselnya yang tergeletak tanpa suara. “Akan kutemui dia malam ini.”

“Ingat pesanku. Karena aku tahu kau seperti apa. Kau paham Yung-o?”

Hee Yeong mengangguk. “Terima kasih atas nasihatmu Tuan. Kau selalu mampu menenangkanku.”

“Baik Nyonya. Sama-sama.”

Jung Kook tertawa dan diikuti Hee Yeong yang semakin geli melihat wajah Jung Kook yang nampak menyebalkan di hadapannya.

**

“Apa yang telah  kau lakukan?”

“Apa?”

“Mengapa kau kembali menemui Ji Min setelah kembali?” Jung Kook meletakkan gelasnnya. Makan malamnya kali ini terasa buruk. Makanan favorit di hadapannya bahkan tak tersentuh. Dirinya terus mencoba tenang dan meminta penjelasan pada wanita yang berada di hadapannya.

“Hanya sekadar berjumpa dengan teman lama. Apa aku salah?”
“Lebih baik mulai sekarang kau menjaga jarak dengannya. Dia masa lalumu, dan aku tak suka kau terlalu dekat dengannya.”

Wanita itu melirik ke arah lain, mencoba mengabaikan tatapan Jung Kook yang membuatnya merasa bersalah.

“Dia telah memiliki hidupnya sendiri. Dan tak baik jika kau terus membayanginya.”

Wanita itu masih menatap ke arah lain. Mendengarkan Jung Kook yang terus berbicara dengan nada tenang tapi menyudutkan makin menyiksanya. “Bisakah kita membahas hal lain. Seperti pekerjaan atau hobi yang lama tak kau lakukan mungkin.”

“Ae Ri.. Aku ingin kau benar-benar dapat melupakannya. Biarkan dia dengan hidup barunya dan kau juga dengan persiapan pernikahan kita.”
“Jung Kook-ah. Aku yakinkan padamu sekali lagi. Aku memang menemuinya. Tapi aku hanya ingin menjalin pertemanan yang baik dengannya. Itu saja. Kenapa kau terus mencurigaiku sejak saat itu?”

Cherry Blush [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang