🍒 4

165 24 12
                                    

Renovasi book store dan cafe telah hampir selesai. Hari ini adalah hari dimana Ji Min dan Hee Yeong harus mendatanginya untuk melakukan pengecekan terakhir sebelum satu minggu lagi tempat itu akan dibuka untuk umum.

Hee Yeong tak membawa apapun dan hanya berjalan di belakang pria berjas abu-abu itu, menatap tiap langkah Ji Min yang membuatnya tersenyum tanpa sebab menyemburatkan warna merah samar di wajahnya. Hanya karena tiap langkahnya yang mirip dengan cara oppanya berjalan, Hee Yeong tak bisa menampik pesona yang Ji Min berikan padanya.

Memperhatikan semua pergerakan Ji Min yang tenang tapi kritis terhadap semua hal yang ada di sekitarnya. Bahkan tentang peletakkan patung dalam ruangan dan miniatur pohon sakura pun tak luput dari ocehannya. Meminta pada seseorang yang menata lukisan untuk memindahkannya sesuai dengan arahannya.

“Kau ternyata cerewet juga Tuan.” Hee Yeong tertawa kecil di belakangnya.

“Aku ingin semuanya sempurna Nyonya.” Ji Min berhenti dan menengok Hee Yeong di belakangnya yang masih tertawa geli. “Bukankah semua pekerjaan harus dikerjakan dengan sempurna?”

“Aku setuju denganmu. Tapi kupikir kau bukan orang yang cerewet Tuan.”

Ji Min tertawa malu, “Jangan kau katakan jika kau juga sepertiku.”

“Kau seperti oppaku. Dia sangat cerewet dan juga lebih bawel daripadamu Tuan.” Hee Yeong mengernyit dan tersenyum membayangkan Seo Jeon yang disandingkan dengan Ji Min. Wanita itu kini tak lagi ragu memberitahu sedikit hal pribadi pada Ji Min, tentu setelah malam mereka waktu itu. Setelah Ji Min berani banyak bicara tentang dirinya sendiri.

Hee Yeong berhenti tersenyum dan memberikan wajah bodohnya saat melihat Ji Min mengulurkan tangan padanya. “Mwo-ya?”

Entah apa yang membuat Ji Min memberikan tangannya pada Hee Yeong, ditambah pula matanya yang memberikan isyarat pada Hee Yeong untuk menerima uluran tangannya. Tapi nyatanya tanpa penolakan Hee Yeong menerimanya dan berjalan berdampingan dengan kliennya siang ini. Bersama tangannya yang berada dalam genggaman Ji Min yang mengajaknya untuk menuju ke arah lain. “Setelah kita memastikan semua sudah berada pada posisi yang benar, aku akan mengajakmu ke suatu tempat.”

Pandangan Hee Yeong kini terpaku pada sosok Ji Min yang tak melepaskan tangannya sedetik pun. Memberi banyak pertanyaan di kepalanya. “Tuan—“

“Ssst.. jangan banyak bicara.”

“Tanganku.” Kakinya terhenti sejenak. Ji Min seperti orang bodoh kala menyadari tangannya tak melepaskan tangan Hee Yeong dari genggamannya. Entah berapa pasang mata yang sedari tadi melihatnya, ternyata tak menyadarkan Ji Min dari apa yang dilakukannya.

“Maaf Hee Yeong-ah.” Sorot mata Ji Min bersama senyum yang bersamaan membuat Hee Yeong kembali memalingkan wajahnya. Tapi panggilan Ji Min padanya, nyata membuatnya terperangah dan kembali menatap pria itu.

Ji Min hari ini sungguh di luar dugaan. Memanggilnya dengan panggilan akrab seperti itu seakan menggambarkan mereka orang yang sudah saling mengenal sejak lama. Tapi faktanya mereka baru saja dekat. “Hee Yeong-ah?”

Ji Min mengangguk yakin dan mengulum senyumnya. “Aku ingin lebih dekat denganmu. Apa kau merasa keberatan?”

Hee Yeong tertunduk malu. “Tentu.”

“Ahh maaf jika kau keberatan.” Ji Min tak tahu jika jawaban Hee Yeong justru membuatnya tertolak. “Mianhae.”

“Tentu aku tidak keberatan Ji Min-ah.” Semburat senyum itu merekah dari bibir manis Hee Yeong tepat saat Ji Min menatapnya kembali.

🍒

Malam dingin ini membawa langkah keduanya menuju pusat jajanan kota Busan. Menapaki jalan di Haeundae dan membeli odeng untuk mereka santap sambil berbincang. Rencana Ji Min untuk mengajak Hee Yeong setelah mengecek hasil renovasi book store siang ini gagal. Karena mendadak ia mendapatkan telpon dari kantor untuk menangani supplier baru yang akan bekerjasama dengannya. Dan digantikan dengan malam ini untuk mentraktir wanita yang kini berjalan dengan santai bersamanya.

Cherry Blush [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang