9. Makan siang bersama
"Lo apaan, sih!" Julia mendorong Juan jauh-jauh.
Laki-laki itu terlihat kaget. Mengerjapkan matanya beberapa kali setelahnya sadar apa yang dia lakukan tadi. JuanJuan menggaruk kepalanya. Demi apa entah kenapa perasaan ini semakin membuncah setelah kian lamanya.
"Gue refleks tadi." Juan beralibi. "Aturannya lo seneng dong, karena ada orang ganteng yang mau peluk lo." Juan berkata dengan wajah pongah.
Julia mendecih secara langsung. Tubuhnya masih lemas. Sudah tiga hari tidak masuk kerja. Makanya hari ini Julia putuskan masuk kerja. Karena sungkan dengan Mbak Zeni, terlalu lama ambil cuti. Lagian kasihan Mbak Zeni yang pasti membersihkan toko seorang diri.
"Alesan lo!" sentak Julia. "Dah, sekarang lo minggir. Gue mau masuk! Tubuh gue masih lemes nih."
Juan menurut saja. Memberikan luang untuk Julia. Dia juga berjalan dengan bodoh masuk ke dalam bos tokonya.
"Udah selesai acara pelukannya?" tanya Wendi dengan nada mengejek. Juan mengumpat dalam hati, pas adegan menye-menye itu di lihat oleh bosnya ini.
"Bos, saya lapar. Mi masih ada stok, ya, kan?" tanya Juan mengalihkan arah pembicaraan mereka.
Sementara Wendi mendengkus dan menggeleng kuat. "Mi udah habis! Beli makanan di luar sana! Sekalian saya nitip rokok," suruh Wendi.
Awalnya Juan hendak menolak. Akan tetapi, dia teringat sesuatu jadi, menurut saja.
"Oke Bos!"
***
Ketika Julia sibuk mengganti baju-baju di manekin toko. Kedatangan Juan yang tiba-tiba membuat dia menghela napas pelan.
Sudah tiga hari rasanya hidup tenang tanpa gangguan dari Juan sama sekali. Dan hari ini, hidup tenang pun rasanya tidak bisa.
"Jul! Gue bawain nasi Padang buat lo, nih!" Juan menunjukkan kantung kresek yang dia bawa. "Lo masih suka kan, sama nasi padang?" tanya Juan.
Julia memutar bola matanya malas. "Masih," balasnya sekenanya.
"Ya, udah kalo gitu, ayo makan bareng!" ajak Juan semangat.
Mumpung sudah masuk jam makan siang, Julia mengikuti langkah Juan dari belakang. Mereka duduk di tempat khusus istirahat dalam toko.
Julia membuka satu bungkus nasi padang. Wangi dari aroma makanan itu membuat cacing di perut Julia sudah tidak sabar hendak memakan itu semua.
Seusai mencuci tangannya, Julia langsung makan dengan lahap.
"Bismilah, Jul!" Peringatan dari Juan.
Julia langsung terdiam. Faktanya lupa pakai bismilah. Setelah membaca doa ulang. Julia memakan nasi itu dengan lahap.Kadang Juan sangat jahil nyatanya sangat baik. Buktinya laki-laki itu membelikannya nasi padang.
Sementara Juan. Bukannya makan dia malah memperhatikan Julia yang lahapnya memakan nasi padang itu. Seakan takut di ambil orang. Padahal itu punyanya sendiri.
Merasa ada yang memperhatikannya, Julia mengangkat kepala, netranya langsung terpaku dengan sosok mata kelam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
JuanJulia [Pre-order]
ChickLitSejak satu tahun belakangan ini, Juan dan Julia resmi menjadi musuh bebuyutan. Karena di pertemukan dalam sebuah pekerjaan yang keduanya sama-sama menjadi pelayan toko baju. Toko tersebut saling berhadapan dan itu jelas saja menjadi picu utama dalam...