11. Keluarga Juan
Keluarga Juan sempat berantakan saat dulu, mamanya berselingkuh dan pergi meninggalkannya sendirian. Sejak itu, Juan membenci yang namanya perselingkuhan.
Sementara itu, papanya ikut memilih pergi dan Juan semakin merasa sendirian. Hingga akhirnya dia bertemu dengan sosok itu, sosok yang dia kagumi selama setahun, saat masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Lalu kabar itu datang, papanya menikah lagi di luar kota tanpa sepengetahuan Juan, membuat Juan memiliki dua orang mama dalam hidupnya.Juan pikir mama tirinya jahat seperti di dongeng atau sinetron dan sangat membencinya. Akan tetapi, Juan salah. Perangai wanita itu lembut, bisa meluluhkan hati Juan yang saat itu masih sulit menerima keberadaannya. Bersama mama tirinya, Juan juga punya keberanian untuk mendekati sosok yang dia kagumi setahun belakangan di sekolah .
“Anak cowok harus gentle! Masa mau deketin cewek aja nggak berani,” tantang mama tiri Juan hari itu.
Sementara Juan hanya bisa mengulum senyum. Tidak membantah karena apa yang dikatakan wanita itu adalah benar. Juan hanya menunduk di depan mama tirinya yang tengahsibuk memasangkan dasi sekolahnya.
“Sok-sokan mau deketin cewek, pasang dasi aja masih minta tolong sama kamu, Ma,” celetuk—Desta—Papa Juan. Di meja makan, tengah menikmati sarapan paginya. Pria itu sedikit tertutup dengan Juan. Akan tetapi, Juan tahu kalau papanya sangat sayang padanya.
“Pa!” Juan memberengut.
Sedangkan, Anida hanya tertawa pelan melihat interaksi itu. “Udah selesai! Buruan sarapan, gih,” suruhnya sembari mengusap bahu anak tirinya.
Setelah dapat petuah di pagi hari nan cerah itu, Juan memberanikan diri untuk mendekati sosok gadis yang dikaguminya itu begitu di sekolah.
“Lo suka baca buku atau main sepak bola?” tanya Juan ketika matahari sedang terik-teriknya memancarkan cahaya.
Gadis berambut kucir kuda itu melirik Juan sekilas lalu kembali membaca buku tentang permainan sepak bola. Sesekali matanya melihat ke arah cowok-cowok yang bermain sepak bola di lapangan.
Merasa tak kunjung mendapat jawaban, Juan menghela napas, lalu kembali memutar otak agar ada topik pembicaraan. Sebab mama tirinya bilang, kalau seorang laki-laki itu harus pandai mencari topik.
“Warna rambut lo bagus. Gue suka,” ujar Juan lagi. Namun, lagi-lagi dia diabaikan. Hampir saja Juan menyerah, tetapi dia malah mendapat ide yang menarik.
“Ayo ikut gue!” Tanpa bisa dicegah, Juan menarik tangan gadis itu menuju lapangan, mendekati beberapa cowok yang asyik bermain bola.
“Gue boleh pinjem lapangan ini sama bolanya nggak?” tanya Juan. Para cowok terdiam dan menatap Juan dengan tidak suka. “Gue janji, deh, pas istirahat kedua, kalian bisa main di sini lagi.”
Pada akhirnya, sekumpulan cowok itu mengalah. Merelakan lapangan dikuasai oleh Juan.
Juan menoleh pada sosok gadis yang sedari tadi tangannya tidak dia lepas. Baru dia lepaskan ketika berjalan mengambil bola.
KAMU SEDANG MEMBACA
JuanJulia [Pre-order]
Chick-LitSejak satu tahun belakangan ini, Juan dan Julia resmi menjadi musuh bebuyutan. Karena di pertemukan dalam sebuah pekerjaan yang keduanya sama-sama menjadi pelayan toko baju. Toko tersebut saling berhadapan dan itu jelas saja menjadi picu utama dalam...