1. Selamat Datang“Ayo mari! Singgah Bu, singgah! Barang di sini lebih bagus daripada bahan di toko depan sana.”
“Sini Bu, Pak. Bahan saya lebih impor daripada yang onoh.”
Suara dua pegawai itu semakin menambah bisingnya keadaan pasar siang hari ini. Mereka saling menyindir satu sama lain.
“Bu, sini yuk Bu! Kalo Ibu belanja ke toko kami. Ibu dikasih diskon tiga persen.”
Tak mau kalah. Laki-laki di seberang sana pun ikut berseru.
“Ke toko kami aja, Bu. Kebetulan kami lagi diskon lima persen. Nggak pelit kayak toko di depan, noh. Yuk, Bu.”
Si ibu yang mau beli malah jadi pusing sendiri. Kepalanya mumet dan tremor. Tidak tahu entah mau ke toko mana dirinya ini.
Begini amatnya jadi rebutan, batin si ibu berujar.
Sedangkan dua orang berjenis kelamin berbeda itu terus adu mulut. Untuk menarik perhatiannya. Alhasil si ibu menghela napas pelan. Memilih pergi dari sana. Tidak jadi singgah ke toko yang saling berhadapan itu.
“Lah, Bu! Nggak jadi beli ke toko saya, nih?!” teriak gadis itu.
“Bu, Bu! Eh, kok malah pergi sih!” Si laki-laki itu juga ikut berteriak.
Setelah itu keduanya saling tatapan. Bukan tatapan cinta atau sebagainya. Malah tatapan permusuhan yang di layangkan satu sama lain.
“Gara-gara lo, nih! Pelanggan gue jadi pergi,” ujar si gadis dengan sinis.
Tak mau di salahkan laki-laki itupun menjawab. “Yang ada salah lo! Andai aja lo, nggak maksa si ibu. Udah pasti Ibu tadi mampir ke toko gue.”
“Mana ada! Yang ada si ibu tadi udah mau masuk ke toko gue, malah nggak jadi karena lo halangin!” bantah si gadis.
Mendelik sinis, laki-laki yang berjarak beberapa meter itu berdecih pelan.
“Dasar cewek sinting, lo!” ucapnya.
“Lo cowok sinting!” balas si gadis.
“Elo yang sinting!”
“Elo!”
“Lo!”
“Lo, dasar cowok nggak mau ngalah sama cewek!” Si gadis berkecak pinggang. Darahnya sudah naik karena sering berdebat dengan laki-laki di depan sana.
“Daripada lo, cewek egois!” balas si laki-laki.
“Lo—“ Hampir saja kain lap yang ada di tangan si gadis melayang ke laki-laki itu. Kalau saja instruksi dari Bos gadis itu tidak terdengar.
“Udah, udah! Suara kalian berisik! Sampai kedengaran dari ruangan saya!”
Rupanya si bos laki-laki itu juga ikut ke luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
JuanJulia [Pre-order]
Literatura FemininaSejak satu tahun belakangan ini, Juan dan Julia resmi menjadi musuh bebuyutan. Karena di pertemukan dalam sebuah pekerjaan yang keduanya sama-sama menjadi pelayan toko baju. Toko tersebut saling berhadapan dan itu jelas saja menjadi picu utama dalam...