Tirai yang tadi tertutup, sekarang terbuka lebar. Seseorang keluar dengan balutan dress yang panjangnya mencapai betis kaki. Gadis berambut pendek itu tersenyum ke arah bosnya.“Sumpah demi Tayo yang bisa ngomong, kamu cantik banget, Lia,” puji Zeni seraya berdecak kagum.
Diam-diam, Julia tersenyum malu. Gadis itu mengulum bibirnya seraya menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. “Mbak bisa aja.”
Zeni tertawa seraya menarik tangan Julia ke depan cermin besar. “Tuh, lihat, kan? Kamu itu cantik. Mbak jadi, nggak sabar mau lihat cowok yang ngajak kamu nonton bioskop malam ini,” ucapnya antusias.
By the way, kemarin sore, Rafa datang ke toko dan mengajak Julia keluar nonton bioskop malam ini. Kebetulan Rafa dapat tiket gratis. Berhubung usai toko tutup di malam minggu dan Julia tidak ada acara, Julia menerima ajakan itu.
“Bentar-bentar, Mbak punya sesuatu.” Zeni terlihat mengambil sesuatu di dalam tasnya. “Nih, pakai ini! Biar tambah perfect,” suruhnya.
Wanita itu bahkan tidak sungkan-sungkan memasangkan jepitan rambut berwarna merah ke rambut pirang kecokelatan milik Julia.
“Nah, makin cantik!” girang Zeni.
Julia menatap dirinya di pantulan cermin dan kembali mengulum senyum. Semenjak kematian ibunya, Julia tidak lagi memperhatikan penampilannya. Baginya hal itu tidak penting, kecuali mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Julia membuka ponselnya ketika terdengar suara notifikasi. Ada satu pesan masuk dari Rafa. Kemarin, mereka juga sempat bertukar nomor ponsel.Rafa:
Juli, gue udah sampai di depan pasar
Tunggu gue di tempat kerja loJulia mendadak panik. Pasalnya, dia belum selesai dandan.
“Aduh, Mbak! Rafa udah sampe depan pasar. Aku belum pake bedak.” Juli setengah memekik. Cepat-cepat, dia memoleskan bedak ke wajahnya. “Gimana, Mbak? Udah rata, kan, bedaknya?”
Zeni mengangguk. “Sini, biar Mbak pakein kamu lipstik.” Julia menurut dan diam saja ketika dia memoleskan lipstik ke bibir gadis itu. “Nah, sekarang baru makin perfect.” Zeni tersenyum senang.
“Makasih, Mbak. Kalo gitu, aku ke depan dulu, ya. Takut Rafa udah sampe,” ujar Julia.
Zeni kembali mengangguk lalu mengangkat tangannya ke atas. “Have fun, Juli!” Zeni memberi semangat.
Sementara itu di toko seberang, Juan tengah duduk sembari memegang satu botol air mineral. Dia kelelahan usai melayani beberapa pelanggan.
“Hah ..., nasib jomlo. Bukannya kencan malam minggu, eh, malah kencan sama pelanggan,” gerutu Juan serayamembuka tutup botol air mineral dan meminumnya.
Namun, Juan tersedak dan air minumnya muncrat ketika ,matanya membola melihat seseorang di depan sana sedang mengenakan dress yang amat cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
JuanJulia [Pre-order]
ChickLitSejak satu tahun belakangan ini, Juan dan Julia resmi menjadi musuh bebuyutan. Karena di pertemukan dalam sebuah pekerjaan yang keduanya sama-sama menjadi pelayan toko baju. Toko tersebut saling berhadapan dan itu jelas saja menjadi picu utama dalam...