20. Beda Kasta
Aneh memang kejadian pagi ini. Mereka semua terduduk di kursi makan Julia yang pas untuk empat orang. Jeje dan Galih bahkan sudah menempati tempat duduk mereka masing-masing. Sementara Juan duduk anteng di satu kursi, begitu juga Rafa.
“Kalian sarapan duluan aja, ntar gue nyusul,” ujar Julia.
Rafa jadi tersenyum tak enak. “Lo sarapan aja, gih. Gue kebetulan udah sarapan di rumah tadi.” Laki-laki itu berdiri dari duduknya.
Melihat itu, Juan langsung melirik sinis. “Sok manis banget,” cibirnya. Dalam hati, dia menyumpah serapahi Rafa.
“Lo ngapain ke sini lagi, sih?” tanya Galih dengan tatapan tak suka ke arah Juan yang hendak mengambil nasi goreng, tetapi terhenti karena ucapannya.
“Minta sarapan,” sahut Juan cuek.
Mendengar itu, Galih langsung mengepalkan tangannya. “Kita nggak butuh tamu kayak lo, mending pergi sana!” usir anak itu.
“Lih.” Julia menahan bahu Galih. “Nggak boleh ribut di depan rezeki,” peringatnya serayamelirik makanan yang sudah tertata rapi di atas meja.
Galih mengembuskan napasnya perlahan. Membiarkan Juan ikut sarapan bersama mereka. Meski tatapan datarnya masih menyorot ke laki-laki itu.
“Lo makan aja, Raf, nggak apa-apa. Gue bisa duduk sama Jeje,” kata Julia. Mau tak mau, Rafa kembali duduk tepat di sebelah Juan.
Dan sarapan pagi kali ini terasa canggung sekali. Lain lagi, Juan berulang kali menatap Rafa dengan tatapan tak suka.
“Kamu sama Jeje berangkat sekolah aja. Kakak dianterin sama Rafa nanti,” ucap Julia. Mereka sudah ada di depan teras usai sarapan pagi.
“Bener, Kak?” Galih menatap penuh selidik. “Galih bakal tenang berangkat sekolah, asal Kakak nggak pergi sama dia,” sambungnya seraya menatap Juan tidak suka.
Sementara Juan yang ditatap, hanya melengos saja. Memilih duduk di atas motornya dengan anteng.
“Iya, Kakak nggak bakal mau dibonceng sama dia juga,” balas Julia.
Setelah memastikan dua adiknya pergi ke sekolah, Julia masuk ke rumah untuk mengambil tas selempangnya. “Yuk, Raf!” ajaknya setelah mengunci rumah.
Rafa mengangguk. Laki-laki itu menatap aneh Juan yang kini juga menatap mereka dengan intens. “Dia ngapain masih di sini?” tanyanya setengah berbisik pada Julia.
Julia mendengkus pelan. “Biarin aja, kurang kerjaan paling dia,” sahutnya cuek. Gadis itu memegang dua bahu Rafa setelah naik ke jok belakang.
Begitu motor milik Rafa melaju, di situlah Juan menghidupkan mesin motornya. Mengikuti dua orang itu dari belakang.
Lima belas menit kemudian, motor Rafa berhenti tepat di depan area pasar. Julia melepaskan helm yang dipakaikan oleh Rafa di pertengahan jalan karena takut ditilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
JuanJulia [Pre-order]
ChickLitSejak satu tahun belakangan ini, Juan dan Julia resmi menjadi musuh bebuyutan. Karena di pertemukan dalam sebuah pekerjaan yang keduanya sama-sama menjadi pelayan toko baju. Toko tersebut saling berhadapan dan itu jelas saja menjadi picu utama dalam...