14. Masuk siang

82 18 6
                                    

14

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

14. Masuk siang

Ini bukan musim penghujan. Hanya saja, dari semalam  hingga pagi ini hujan masih membasahi bumi. Membuat pekerja seperti Juliadilanda rasa malas hendak  berkerja seperti biasa. Bukan sekali dua kali begini. Kadang, Julia suka lelah dengan pekerjaannya. Akan tetapi, ketika mengingat dua adiknya, Julia semakin semangat untuk bekerja.

“Kakak kerja?” tanya Galih ketika sarapan. Hujan di luar masih mengguyur bumi. Tanah semakin basah, serta halaman rumah becek.

“Masuk siang, hujan begini depan toko basah,” ujar Julia. Mengingatteras toko biasanya terkena tempias air hujan,  sehingga manekin tidak bisa dikeluarkan. Kadang saat tiba-tiba hujan, Julia sering kewalahan memasukkan semua manekin. Tak jauh dari itu, Juan juga bernasib sama sepertinya.

“Jeje nggak mau sekolah, dingin.” Jeje mengalihkan atensi mereka berdua. Bocah itu memeluk tubuhnya sendiri.

“Nanti kalo Jeje nggak sekolah, pasti ketinggalan belajar. Nanti Kakak kasih jaket tebal buat kamu,” bujuk  Julia. Jeje mencebik pelan. Dengan terpaksa, gadis itu menyantap sarapanbuatan sang kakak tertua.

Galih mengusap kepala adiknya. Kemudian beralih menatap Julia. “Nanti Kakak naik apa ke pasar? Galih sama Jeje bentar lagi mau berangkat sekolah.”

Sementara Julia tersenyum tipis. “Kan, bisa naik angkot. Kamu nggak perlu khawatir.”
Galih mengangguk perlahan. Usai  menghabiskan sarapan, Julia membantu memakaikan Jeje jaket tebal. Tak beda, Galih juga mengenakan hoodie miliknya. Motor sudah dikeluarkan ke depan teras. Galih kemudian menyambar jaket hujan dan memasangkan ke tubuhnya.

“Belajar yang rajin, jangan nakal di sekolah, ya.” Julia menjawil hidung Jeje pelan. Adiknya itu mengangguk dan menyambar tangan Julia untuk dicium. Galih melakukan hal yang sama.

“Pakai helmnya, jangan ngebut juga,” peringatan dari Julia. Galih mengangguk pelan. Mengebut di tengah jalan saat hujan begini, seperti mencari mati saja. Apalagi jalan pasti licin nantinya.

Jeje naik ke jok depan. Bocah itu memegang bagian depan motor, sebelum Galih naik dan menutupi tubuh Jeje dengan jas hujan panjang lebar yang bisa digunakan tiga orang.

“Kita berangkat, Kak. Assalammualaikum.”

“Waalaikumsalam.”

Setelah melihat motor Galih berbelok ke  kanan, Julia bergegas masuk. Pekerjaan rumah harus diselesaikan sebelum dia masuk kerja jam satu siang nanti dan, InshaAllah hujan sudah reda.

***

Pukul satu siang, hujan masih belum berhenti. Masih gerimis kecil-kecil. Julia dengan hoodie kuningnya keluar dari angkot. Mengeluh dalam hati karena berdempetan dengan beberapa orang ketika turun.

Julia memberikan uang pas pada sopir angkot. Sebab kalau dia memberikan  lebih, bisa saja nanti sopiir angkot tidak mengembalikan sisanya . Kebiasaan  lumrah yang Julia sudah paham sejak lama, saking seringnya naik angkot.

JuanJulia [Pre-order]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang