4. Ulasan masa lalu
Tiga tahun yang lalu ....
Suara musik yang keras menyambut kedatangannya. Pemuda itu terus melangkah masuk. Meski sesekali bergidik ngeri melihat tingkah tak senonoh orang-orang di dalam club ini.
Matanya mengedar hingga satu titik dipertemukan. Matanya membulat dengan dada berdebar. Hatinya terasa sakit melihat hal di depan sana.
Satu tetes air mata menetes mengenai pipinya. Untuk kesekian kali dia merasakan ini. Pengkhianatan. Siapa yang suka pengkhianatan? Mungkin semua orang pasti benci itu.
Tak tanggung-tanggung menahan rasa sakit hatinya serta kekecewaan yang mendalam. Pemuda tadi melangkah lebar untuk mendekati dua orang yang asik bercumbu di sana.
Pemuda tadi lantas menarik tangan gadis yang mengenakan dress jauh dikatakan layak untuk dipakai oleh gadis yang masih berstatus sekolah menengah atas.
Dia menyudutkan gadis itu ke tembok. Sekarang keduanya berada di lorong sunyi. Jauh dari orang-orang di sana serta suara musik tidak terlalu kuat terdengar.
“Lo murahan!” Pemuda itu menunjuk gadis di depan sana yang sudah menunduk takut.
“Gue kecewa sama lo.” Pemuda tadi mengusap wajahnya kasar. Menatap penampilan pacarnya ah tepatnya akan jadi mantan itu, penampilan gadis itu sama persis seperti wanita simpanan sekarang.
Bibirnya yang biasa hanya dipoles lipbam kini dipolesi oleh lipstik berwarna merah menyala.Melihat itu saja pemuda tadi sudah jijik saja.
“Gue bisa jelasin.” Gadis tadi mengangkat kepalanya. Matanya jelas terlihat berkaca-kaca.
“Nggak ada yang harus dijelasin,” sentak pemuda itu. “Kita putus,” tekannya.
Jelas saja gadis tadi menggeleng keras. Dia ingin menggapai tangan pacarnya, tetapi pemuda itu langsung menepisnya.
“Mulai hari ini, anggap kita nggak kenal lagi. Karena gue benci pengkhianatan. Dan terlalu jijik sama lo.”
Pemuda tersebut melangkah pergi. Dalam hati terbesit kalau gadis itu akan mengejarnya dan memohon untuk tidak di putuskan.
Namun, dia salah. Ketika dia menoleh ke belakang. Gadis itu malah kembali dengan laki-laki yang umurnya lebih tua dari mereka.
Dari situ dia tahu. Kalau gadis itu lebih memilih berkhianat daripada memperbaiki hubungan mereka.
***
Masa sekarangPagi ini, Juan berjalan linglung memasuki area pasar. Wajahnya terlihat kurang tidur serta lingkaran hitam di bawah matanya memperjelas hal itu.
“Pagi, Bos,” sapa Juan pada Wendi. Toko sudah di buka oleh Wendi. Tidak biasanya pria itu serajin ini. Awal sekali membuka tokonya.
“Pagi. Kamu kelihatan kayak zombie. Nggak tidur kamu semalaman?” tanya Wendi. Katakanlah dia bos yang sangat perhatian sama karyawannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JuanJulia [Pre-order]
Literatura FemininaSejak satu tahun belakangan ini, Juan dan Julia resmi menjadi musuh bebuyutan. Karena di pertemukan dalam sebuah pekerjaan yang keduanya sama-sama menjadi pelayan toko baju. Toko tersebut saling berhadapan dan itu jelas saja menjadi picu utama dalam...