24. Merasa kehilangan

93 12 2
                                    

24

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


24. Merasa kehilangan

Julia merasa ada yang kurang dengan hari ini, tetapi dia lupa. Tak seperti biasanya, Julia pasti akan terganggu oleh perbuatan seseorang. Namun, dari pagi hingga siang, Julia merasa damai tanpa gangguan. Dan, ini sangat berbeda dari biasanya. Julia menghela napas, terduduk di balik meja kasir. Keadaan toko yang sunyi membuat Julia merasa bosan.

Ketika Julia membuka ponselnya, tak berapa lama Kemudian Zeni keluar dari ruang kerja dan terlihat tergesa.
“Mbak mau ke mana?” tanya Julia, penasaran.

“Oh, itu. Mbak mau ke toko Wendi dulu. Dia kewalahan urus pelanggan. Katanya Juan nggak masuk tanpa keterangan hari ini,” jelas Zeni.

Julia terdiam mendengar itu.

“Kamu jaga toko dulu, ya. Kalo ramai, panggil Mbak aja di sana. Oh, iya. Jagain anak Mbak juga, ya. Takut kebangun tiba-tiba, dia lagi tidur soalnya.” Zeni berkata lagi dengan tergesa. Tak menunggu jawaban dari Julia, wanita beranak satu itu berlalu dari sana, meninggalkan Julia yang termenung. Pandangan gadis itu jatuh pada nomor kontak seseorang. Dia hendak menekan nomor itu, tetapi urung.

Julia menggeleng pelan. “Buat apa gue khawatir sama dia? Kan, udah mantan juga,” gumamnya kemudian mendengkus geli.

Esoknya, seperti semalam. Julia merasa ada yang kurang. Gadis itu sesekali melirik toko seberang. Berharap seseorang itu terlihat juga. Julia menghela napas, gadis itu menggeleng pelan dan berusaha fokus memasangkan baju ke manekin.

“Julia!”

Gadis itu langsung menoleh ke arah suara. “Iya, Pak?” tanya Julia pada Wendi yang tadi memanggilnya.

“Kamu tahu Juan ke mana? Dari semalam, dia nggak bisa dihubungi. Kalo nggak mau kerja lagi, bilang. Biar saya cari pegawai lain,” gerutu Wendi dengan kedua tangan di pinggang.

“Saya nggak tahu, Pak,” balas Julia.
Wendi mengernyit. “Masa, sih? Kan, dia mantan kamu. Masa nggak tahu?” Wendi menatap Julia dengan tatapan menyelidik.

“Saya beneran nggak tahu, Pak.” Julia mendengkus pasrah. Iya, dia tahu kalau dia  mantan Juan, tetapi dia tak tahu menahu ke mana Juan sekarang.

“Kenapa, Wen?” tanya Zeni yang baru keluar dari ruangan.

Wendi mengusap wajahnya kasar. “Juan nggak bisa dihubungi lagi. Kalo begini aku lama-lama cari pegawai baru aja, deh.”

“Coba kamu telepon lagi, mana tauh diangkat sama dia,” usul Zeni.

Wendi menatap ragu  ponselnya. Setelah itu menghela napas dan kembali menelepon Juan untuk kesekian kalinya. Dia  berdecak saat mendengar suara operator yang menjawab. “Tetep nggak diangkat,” omelnya.

“Permisi.”

Atensi mereka teralihkan ke pintu masuk. Zeni segera menyambut pengunjung yang baru datang. “Iya, ada yang bisa saya bantu?” tanya Zeni seraya menghampiri mereka. “Mau cari baju apa, Bu?”

JuanJulia [Pre-order]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang