12. Pasar malam

108 21 13
                                    

12

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


12. Pasar malam

“Ini anak mana, sih?” kesal Julia. Gadis itu mengentakkan kaki saking geramnya.

“Kak, Juli!” Itu teriakan Jeje dari atas komidi putar. Julia melambaikan tangannya ikut menarik senyum melihat wajah bahagia dari sang adik. Meski dalam hatinya masih menggerutu karena orang yangjanji bertemu dengannya tak kunjung datang. Baik, biar Julia perjelas dulu. Juan datang ke rumah sore tadi, katanya mau mengajak Jeje ke pasar malam,naik bianglala bertiga dengan Julia.

Jeje yang jarang diajak ke pasar malam, langsung berteriak heboh dan mengajak Julia ikut pergi. Mau tidak mau, Julia akhirnya mengiyakan, demi melihat adiknya bisa tersenyum lebar lagi. Namun, setelah perjanjian sore tadi—Juan berjanji, mereka akan bertemu di pasar malam, batang hidung laki-laki itu belum terlihat sama sekali.

Julia meneguk air mineralnya yang tersisa sedikit hingga tandas. Dengan perasaan amat kesal, dia meremas kuat botol mineral itu. Membayangkan kalau Juan yang dia remas dan jadi gepeng.

“Awas aja lo nggak datang! Mati lo, Juan.” Napas Julia memburu. “Mati, lo. Mati, mati, matiii!” jeritnya kesetanan dengan botol mineral kosong yang sudah tak berbentuk seperti semula.

Orang-orang yang lewat sampai-sampaimenatap Julia aneh.

“Kalo lo nggak datang sampe Jeje turun dari komidi putar, gue pulang! Dan, nggak bakal nerima ajakan lo lagi,” sumpah Julia.

Sedangkan, Juan yang berdiri tak jauh dari gadis itu hanya bisa menahan napas. Dalam hati berdoa agar Julia tidak marah karena keterlambatannya. Juan ketiduran, kelalahan karena sepulang dari rumah orang tuanya, langsung meluncur ke rumah Julia sore tadi.

“Julia,” panggil Juan memakai nama lengkap gadis itu. Ketika Julia menoleh, Juan gugup setengah mati. “M-maaf, gue telat. Gue ketiduran tadi.”

Setelahnya, Juan meringis ketika botol mineral yang tak berbentuk itu melayang ke kepalanya.

“Akibat lo yang datangnya lama!” ketus Julia.

Usai Jeje naik komidi putar, Juan langsung mengajak dua gadis itu ke arena bianglala. Jeje memekik pelan saking tak sabarnya menaiki wahana itu.

“Kak Juli! Lihat, bintangnya banyak banget! Kelihatan jelas kalo dari sini.” Jeje menunjuk bintang-bintang di langit hitam itu. “Pasti Ibu ada di salah satu bintang itu. Lihat, Kak! Ibu pasti senang lihat kita naik bianglala malam ini.”

Celotehan Jeje hanya Julia tanggapi dengan senyuman, sementara tangannya terus mengusap bahu kecil adiknya. Juan yang melihat situasi itu langsung mencairkan suasana. Mengajak Jeje melihat pemandangan kota malam hari  dari atas bianglala.

“Bang Juan. Abang pacarnya Kak Juli, ya?” bisik Jeje, sedangkan Julia seakan tidak mendengar pertanyaan karena sibuk dalam lamunannya.

“Coba Jeje tebak, Abang sama Kak Juli itu temenan atau pacaran?” Iseng, Juan balik bertanya.  Meskipun dia tidak yakin Jeje akan mengerti apa itu pacaran.

JuanJulia [Pre-order]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang