27. Pertunangan Dibatalkan!

104 13 3
                                    

27

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


27. Pertunangan Dibatalkan!

Juan melangkah cepat ke hadapan Zara. Begitu sampai, Juan langsung menarik gadis itu dan membawanya jauh dari para tamu.

“Juan? Kamu mau bawa Zara ke mana?” teriak Dian. Akan tetapi, Juan tak mengindahkan. Laki-laki itu terus berjalan dengan rahang mengeras.

Juan mengempaskan tangan Zara ketika sampai di dapur. “Apa-apaan semua ini?”
Bukan takut atau sebagainya, Zara  malah bersedekap dada, menatap Juan dengan senyuman manis yang terpatri di wajahnya. “Kamu nggak lihat? Hari ini pertunangan kita akan diselenggarakan, Juan.” Dengan lancang, tangan Zara mengusap pipi Juan, membuat laki-laki itu langsung menepisnya dengan kasar.

“Ini pasti rencana lo, kan?” tanya Juan lagi.
Maka, dengan cepat Zara pun menjawab, “Ya!” Gadis itu menatap Juan dengan tatapan lurus ke depan. “Butuh waktu lama menunggu malam ini, Juan. Dari SMA, gue udah naruh rasa sama lo, tapi lo selalu fokus pada Julia tanpa melihat gue yang sering berusaha menarik perhatian lo.”

Pikiran Zara langsung melayang ke masa beberapa tahun yang lalu. Saat bel berbunyi dan Zara pergi ke lapangan untuk melihat pujaan hatinya, seperti biasanya. Zara berjalan riang di sepanjang koridor. Gadis  berrambut hitam legam itu tersenyum lebar ketika  sudah dekat di lapangan sekolah. Sebelum mendekati cowok  itu, Zara berhenti sebentar. Merapikan rambutnya agar tidak terlihat buruk di mata orang yang dia suka, Sedangkan  satu tangannya yang lain memegang kotak nasi.

Bagi Zara, salah satu cara untuk memikat hati seorang cowok yaitu memperhatikannya dari hal yang kecil, dimulai dari memberikannya makanan.

“Juan,” sapa Zara. Dia berlari kecil agar bisa duduk di samping Juan. “Lo masih kenal gue, kan?” Semestinya, dia tidak menanyakan hal itu karena sudah pasti tahu jawabannya. Juan pasti tidak mengenal dirinya.

Laki-laki yang Zara panggil Juan itu terlihat menggaruk kepalanya. “Maaf, gue nggak kenal siapa lo.” jujurnya.. Hati Zara tentu sakit mendengar itu. Akan tetapi, Zara tidak mau terlalu ambil hati.

Maka itu, Zara menjulurkan tangannya. “Gue Zara.”

Tidak menyangka kalau Juan malah menyambut  dengan senang hati. “Juan.”

“Gue sering lihat, setiap istirahat lo pasti ke sini cuma mau lihat kakak kelas main sepak bola.”

“Ya gitu, deh,” sahut Juan seadanya.
Zara membuka kotak makan berawarna lavender di tangannya. “Gue ada bekal dari Mama, lo mau nggak?”

“Sorry, gue udah kenyang.” Juan tampak tersenyum tak enak. “Gue duluan, ya,” pamitnya kemudian.

Zara yang ditinggalkan hanya bisa cemberut dan menggerutu pelan. Sejak hari itu, Zara semakin menunjukkan perhatiannya pada Juan.

“Juan, gue bawain lo air, nih. Pasti lo haus habis olahraga,” ujar Zara dengan senyuman manisnya, menatap Juan penuh harap, agar laki-laki itu menerima air mineral yang dia bawa. Hari itu, kebetulan Juan baru usai olahraga, Dan senyum Zara semakin lebar saja ketika Juan menerima pemberiannya. Zara amat merasa bahagia.

JuanJulia [Pre-order]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang