How it Started

8.3K 274 13
                                    

Note : Hai guys, author mau revisi ff ini soalnya bahasanya terlalu baku sih buat ff abstrak semacam ini wkwkwk
Tapi isinya masih sama kok cuma bahasanya doang diganti dikit
Anyway enjoy~ 💞🌹



Hari ini adalah hari kami naik ke kelas dua SMA. Satu tahun terlewati untuk menghadapi setahun kedepan. Banyak murid baru yang membuat kami bernostalgia dan tentunya kakak kelas kami yang tidak lagi bisa meluangkan waktunya sebebas kami.

Dan disinilah aku, duduk di salah satu bangku kosong yang berjejer di glosarium karena hari ini adalah hari penerimaan murid baru.

Sebenarnya, secara pribadi aku gak perlu repot-repot datang lalu duduk disini. Tapi karena ayahku adalah kepala sekolah disini dan aku adalah salah satu ketua ekskul, maka aku diminta untuk hadir disini.

"Haduh, kenapa gue sih yang mesti dateng?" Cerocos seorang gadis dengan pakaian yang sama sepertiku, begitu ia duduk di kursi disampingku.

"Kan lo ketua ekskul Volly, pabo!" jawabku saat dia mengibasi wajahnya dengan pamflet yang ku duga adalah pamflet untuk mempromosikan ekskulnya.

"Kalo lo gimana, Jen? Kita sih cuma nyebarin pamflet buat menarik perhatian mereka, tapi gue lihat lo gak bikin apapun buat menarik minat anak baru di tenis." Sambarnya.

"Gak penting. Gue gamau pusing sama pamflet, atau brosur, atau sebagainya. Lo tau kan gue tuh pinter ngomong? Hanya dengan omongan aja gue yakin anak-anak baru itu akan tertarik masuk ke klub tenis." Kataku sedikit menyombong hingga dia terkekeh pelan.

"Terserah kata lo aja deh, kapten. Tapi hati-hati dengan si Lisa dari eskul dance.. gue rasa dia akan menarik banyak minat pendatang baru dengan membawa Yeji ke clubnya!!"

Aku memutar bola mataku malas dengan kekehan pelan. Sejujurnya, aku juga malas harus bersaing mempromosikan ekskul yang ada di sekolah. Toh, ini semua adalah kemauan sang murid untuk memilih.

Tapi tidak ku pungkiri, ekskul tenis berada di peringkat 5 tertinggi itu karena hasil kerja keras kawan-kawanku yang berusaha meyakinkan anak baru bahwa bermain tenis tidaklah hanya sekedar berolahraga namun juga kepuasan.

"Selamat datang para hadirin yang saya hormati. Kepala Yayasan, guru-guru, serta teman-teman, dan murid baru yang telah memilih sekolah ini sebagai sarana edukasi untuk tiga tahun kedepan."

Acara penerimaan telah dimulai selepas ayahku mengambil alih podium di depan sana. Acara berlangsung cukup lama dengan banyak basa-basi dari kepala yayasan, tentang sejarah sekolah ini yang sampai sekarang masih berdiri kokoh dan memiliki akreditasi yang memuaskan.

Sampai tiba giliran kami untuk mempromosikan ekskul kami. Nayeon maju terlebih dahulu untuk mempromosikan klub volly yang dia pimpin semenjak setahun yang lalu.
Kedua ada Wendy dari klub musik dengan sedikit mempamerkan kepiawaiannya memetik senar gitar.

Ketiga ada Lisa dan Yeji yang memamerkan skill dance mereka. Meningkatkan antusianisme murid baru yang bersorak-sorai.

Lalu yang terakhir ada aku yang cuma menuturkan beberapa kata dalam kurun waktu lima menit. Tidak banyak namun berhasil membuat tepuk tangan dari banyak murid dan guru-guru.

Seharusnya setelah ini, ayahku akan memberikan kata penutup dan mengakhiri acara penerimaan ini. Tapi tidak. Tiba-tiba saja, seorang gadis yang begitu disegani oleh hampir seluruh pengisi sekolah ini naik ke podium, mengambil alih mikrofon yang barusan ku letakkan pada penyangga dan berdeham.

"Maaf sebelumnya karena aku disini tidak untuk mempromosikan ekskul atau klub apapun tapi untuk mengatakan hal yang mengganjal di hatiku selama setahun aku bersekolah disini.." ujarnya yang membuat seluruh guru bahkan kakeknya, sang kepala yayasan terkejut atas kelakuannya diatas sana.

".. SMA adalah masa-masa yang dipercaya sebagai masa paling indah sepanjang hidup kita. Dari sini kita belajar mencari jati diri kita, mengebangkan pikiran, dan katanya juga ajang pencarian cinta pertama.."

Aku yang sudah berada di samping Nayeon, mengerutkan keningku bingung. Begitu pula Nayeon yang segera mencibirnya bersama teman-teman yang lain.

"Dia ngomong apa sih?"

".. Maka aku disini ingin mengatakan dengan berani dan sedikit gila untuk mengakui kalau aku menyukai seseorang dari angkatanku disini."

Semua orang mulai berbisik-bisik. Gadis blonde itu hanya tersenyum miring sembari menghadap kami di samping podium. Lalu dengan lancangnya ia menunjuk ke arahku, tepat mengarah ke wajahku.

"Jadilah kekasihku, Kim Jennie." Ucapnya di depan semua guru dan murid di glosarium. Membuat semua mata tertuju padaku.

"SI ROSE BENERAN UDAH GILA!" Gumam Lisa di belakangku.

Aku mendadak kaku, kemudian berfikir bahwa ini adalah mimpi. Aku pasti tertidur saat acara ini berlangsung. Tapi tidak, sesaat kemudian aku dapat melihat ayahku mengambil alih mikrofon dari gadis itu kemudian tertawa seolah itu semua hanyalah lolucon semata.

Tapi gadis itu tetap tidak mau turun. Dia tetap berdiri disini dengan berani dan dengan tanpa malu kembali berteriak padaku.

"KAU TIDAK PERLU MENJAWABNYA SEKARANG, JENNIEYAA. AKU AKAN MENUNGGUMU SAMPAI SEBULAN INI! AKAN KU TUNJUKAN BAHWA AKU PANTAS UNTUK MENJADI KEKASIHMU!"

.
.
.
.

Dan dari sinilah kisah cintaku yang gila di mulai...




TBC


30 Days Of Summer (Chaennie 🔞🔞)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang