SENTOSA ISLAND

57 4 0
                                    

"Kau mau kemana? Tidak mau menunggu makan siang dulu?"

Alex mengenakan kemeja birunya dan membiarkannya tidak dikancing sehingga memperlihatkan kaus putih yang ia kenakan lalu menoleh ke arah Sunny yang masih mengenakan pakaian pentasnya, sibuk menghapus lipstik berwarna ungu tua dari bibirnya. "Menemui seseorang." Jawabnya singkat.

"Boleh kutahu siapa orangnya? supaya aku tidak mengecewakan ibumu ketika dia bertanya."

Alex tersenyum tipis sambil mengalungkan kamera ke lehernya. "Seseorang yang kukenal," Ia melirik ke arah Sunny yang terlihat jelas tidak puas dengan jawaban yang diberikannya. Ia menyambar tas ransel di kursi lalu segera melesat sembari mengatakan sesuatu pada Sunny. "Katakan pada ibu, aku akan kembali sebelum pukul tujuh."

Alex tidak mendengar apa yang dikatakan Sunny setelah itu karena ia sudah meninggalkan ruangan. Jika Ken orang yang tepat waktu, maka ia sudah telat dua puluh menit. Dan benar saja, saat ia akhirnya keluar dari gedung setelah beberapa kali tertahan karena harus melayani beberapa penonton yang ingin meminta tanda tangannya, ia melihat Ken sudah menunggunya. Ken saat itu sedang duduk di kursi yang terletak di seberang jalan. Mengenakan kaus berwarna coral dan scarf segitiga yang dia lingkarkan ke leher begitu saja. Dia lalu berdiri saat menyadari kedatangan Alex, melambaikan tangannya sambil tersenyum.

"Maaf saya terlambat," katanya dengan nada menyesal setelah ia sampai ke tempat dimana Ken berdiri.

"Ya, dua puluh sembilan menit," Ken melihat ke arah sesuatu di balik bahu Alex. Sekumpulan gadis-gadis yang sepertinya sedang memperhatikan mereka. "Kamu kenal mereka?"

"Siapa?" Alex membalikkan tubuhnya mengikuti arah pandang Ken lalu menggeleng, "Mungkin mereka penonton seperti yang lainnya. Kita pergi sekarang?"

"Ya,"

"Oke, saya pesan uber dulu."

***

"Kita nggak salah jalan kan?"

Alex mengamati denah di tangannya sambil terus melangkah. "Kayaknya enggak,"

Kepala Alex terangkat dari denah ke deretan tempat di sepanjang jalan di depannya. "Tempatnya disana, ayo!"

Ken menurut dan berjalan mengikutinya.

Mereka berdiri menatap bangunan restoran dengan tulisan Signature Café and Resto terpampang besar-besar di atas pintu masuk itu dengan ekspresi tak menyangka. Restoran dua lantai yang dari luar tampak bergaya modern minimalis ini benar-benar sepi, tidak seperti bangunan di kanan kirinya. Pintunya tertutup, lampunya tidak menyala dan tidak terlihat ada pengunjung sama sekali. Alex berjalan menghampiri pintu dan membaca tulisan yang tergantung disana. Closed.

"Kayaknya kita kurang beruntung," katanya sambil menunjuk tulisan itu untuk memperlihatkannya pada Ken.

"Ya," Ken menunduk membaca sesuatu di ponselnya. "Restoran ini tutup setiap Sabtu, kurasa aku yang kurang beruntung."

Alex tertawa pendek. Lalu berjalan ke arah Ken. "Kenapa kita bodoh sekali," gumamnya. Menyadari kenyataan bahwa mereka melupakan sesuatu yang penting. Seharusnya paling tidak mencari informasi dulu tentang jam operasional restoran ini sebelum datang.

Ken ikut tertawa. "Jadi bagaimana?" tanyanya setelah mengambil gambar restoran itu dengan ponselnya lalu mengirimkannya pada Lin.

Restorannya tutup, nona Lin. Laporan selesai.

Alex memandang berkeliling, mengamati orang-orang yang berlalu-lalang, berkumpul di sana-sini. Ia terlihat ragu sejenak, tapi, "Kamu pernah kesini sebelumnya?"

"Ya dulu banget, kelas 6 SD."

"Karena kita sudah disini, kamu mau mengunjungi satu atau beberapa tempat yang pernah kamu kunjungi waktu kelas 6 SD?"

BEFORE WE FALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang