Ken menghilang gara-gara dirinya?
Pertanyaan itu terus terngiang di benak Alex. Apakah ia baru saja membuat hidup seseorang hancur? Jika terjadi sesuatu yang buruk dengan Ken, Alex tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri. Ken, kau dimana?
Markus mengatakan kalau ia sudah mencari di hampir seluruh pantai yang mungkin dikunjungi oleh Ken tapi ia tidak menemukannya dimana-mana. Kalau Markus saja tidak tahu dimana biasanya Ken berada kalau sedang ingin menenangkan diri, apalagi dirinya. Tunggu dulu. Mungkinkah Ken disana?
***
Ken tidak kembali ke vila begitu sampai di bandara sore harinya. Di saat-saat seperti ini seharusnya ia pulang ke rumahnya di Yogyakarta namun ia sedang tidak ingin bertemu siapa-siapa. Kepalanya sakit, dadanya sakit, semuanya sakit. Ia perlu berpikir. Sendirian.
Entah sudah berapa lama ia duduk diam di atas tebing ini. Yang ia tahu, ia sudah disini sejak sebelum matahari terbenam sampai sekarang ia bisa melihat semburat cahaya jauh di depannya. Berarti sudah semalaman. Ia tidak tidur, tapi anehnya ia tidak merasa ngantuk. Tidak merasa lapar, tidak merasa haus. Namun ia merasa lemas, lemas sekali sampai-sampai ia tidak bisa bergerak dari posisi duduknya sedikitpun. Ia tidak yakin karena lemas atau memang ia tidak ingin melakukan apa-apa. Atau mungkin karena keduanya.
Ia datang kesini untuk berpikir tapi ia masih tidak bisa memikirkan apa-apa, masih belum tahu apa yang harus dilakukan. Sejujurnya ia masih berharap ini mimpi buruk dan ketika pagi tiba, ia akan bangun dan semuanya akan baik-baik saja. Apakah ia akan bisa bangun? Menggerakkan jari kakinya saja ia sepertinya tidak sanggup. Atau... apakah sebaiknya ia tidak usah bangun? Apakah sebaiknya ia menjatuhkan diri saja ke bawah sana? Ia tidak perlu susah payah mengumpulkan tenaga dan iapun tidak bisa berenang, ia yakin ia akan langsung tenggelam dan mati. Setelah itu ia tidak akan merasakan apa-apa lagi. Tapi tunggu sebentar lagi, tunggu sampai matahari terbit. Ia ingin melihat matahari terbit untuk yang terakhir kalinya sebelum ia tidak bisa melihatnya lagi. Sedikit lagi Ken, sedikit lagi rasa sakit itu akan hilang selamanya.
Perlahan iapun menyunggingkan senyumnya ketika matahari mulai muncul. Senyuman seolah-olah ia sedang melihat harapan baru. Ia akan segera mati, tidak peduli seberapa besar rasa sakit yang akan ia bawa, ia harus mati dalam keadaan tersenyum.
"Kamu disini rupanya,"
Satu suara itu berhasil menembus gendang telinganya yang sudah hampir tidak berfungsi. Ia tahu siapa pemilik suara itu. Ia membuka mata dan menoleh ke kiri, Alex sudah berdiri di sampingnya. Ah ya, orang bilang selalu ada hikmah di setiap kejadian. Inilah hikmah yang Ken dapatkan, kejadian itu berhasil membuat Ken melupakan Alex. Alasan sekaligus tujuan utama ia pergi ke Singapura. Tapi sayangnya itu hanya bertahan sebentar. Sekarang laki-laki itu disini dan otomatis ia kembali mengingat semuanya, semua penghianatan yang ia lakukan... Astaga penghianatan... Ken seolah dikagetkan oleh satu kenyataan lagi. Ia juga telah menghianati pernikahannya karena sudah mencium laki-laki ini. Sekarang ia tidak ada bedanya dengan Handika dan Adelia. Mungkin ketika Handika tahu tentang fakta ini, suaminya akan sama sakitnya dengan dirinya. Jadi ia juga seorang penghianat, oh tidak. Ken menggelengkan kepalanya, tidak sebajingan yang mereka berdua lakukan.
"Semua orang mencarimu," kata Alex lagi.
Ken mengalihkan pandangannya ke depan dan menjawab ringan. "Aku tahu," lalu ia menepuk-nepuk tanah di sebelahnya. "Sini, duduklah. Kamu pasti datang untuk melihat sunrise bukan?"
Kepala Ken mendongak ke kiri karena Alex masih berdiri, sedang menatapnya dengan tatapan heran. "Duduklah Alexander, aku tahu kamu sudah nggak takut melihat sunrise."
Namun Alex masih tidak mau duduk, akhirnya ia menyerah dan tidak peduli lagi. "Terserah kamu sajalah."
"Kamu nggak pulang semalaman?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BEFORE WE FALL
RomanceHidup Ken penuh berkat yang luar biasa. Memiliki keluarga yang sangat menyayangi dirinya, suami yang tidak hanya tampan tapi juga mapan dan amat pengertian, serta sahabat yang gila yang akan selalu berada di sisinya apapun yang terjadi. But nothing...