Satu minggu berlalu sejak foto-foto dirinya dan Alex tersebar di dunia maya. Alex benar, ia tidak bisa makan enak, tidak bisa tidur nyenyak selama itu. Namun ia bersyukur, seluruh komentar mengerikan yang ia baca, tidak ada satupun yang terjadi. Ia tidak tahu apa yang sudah dilakukan Alex sehingga gosip itu perlahan mulai mereda. Setidaknya itu yang dikatakan oleh Paul karena sudah beberapa hari ia tidak menonton televisi dan membuka sosial media.
Sori Ken, gue nggak bisa nemenin lo hari ini. Anak gue sakit.
Satu pesan mendarat di ponselnya. Dari Paul. Seharusnya hari ini, sesuai rencana, ia dan Paul pergi ke pameran lukisan di Puspaka Galery, namun ia harus menerima kenyataan untuk pergi sendiri kesana. Anak paul sakit, apa boleh buat. Dan ia tidak mungkin membatalkan rencananya, Lin pasti akan marah besar apalagi ia sedang patah hati berat gara-gara gosip artis idolanya itu. Lin tentu saja tidak tahu kalau dirinya yang membuatnya patah hati, kalau sampai tahu, ia tidak tahu apa yang akan terjadi.
Sebelum ia sempat membalas pesan Paul, satu pesan kembali masuk. Panjang umur, dari Lin. Adiknya itu mengirim foto tangkapan layar sebuah unggahan di instagram seseorang.
If you lied to surprise me, you made it. I LOVE YOU ENDLESSLY SISSY... sending virtual hugs!
Kening Ken seketika mengernyit saat melihat foto itu, foto yang ia pikir sudah hilang entah kemana. Edward Susanto, koki selebriti itu mengunggah sebuah gambar sketsa dirinya di laman instagramnya dengan caption yang cukup manis yang mana dia menyebut Lin disana.
If there's a candle I shouldn't blow on this special day, it is you @lil_Lin.kecil. Thanks for the gift, hope to see you so soon.
Pertanyaannya sekarang, bagaimana koki itu mendapatkan sketsanya?
Oh dear!
Mungkinkah sebenarnya sketsa itu tidak hilang? Apakah Alex yang menyimpannya lalu memberikannya pada koki itu? Kalau benar, maka ia harus berterimakasih padanya.
"No problem, Ul. Semoga Tiana cepet sembuh ya,"
Ia mengetik sesuatu lagi.
"I have no idea what Lin would say when she finds out that this was your doing. Terimakasih banyak, Alexander. Kamu boleh bertemu dengannya kapan-kapan, mungkin dia punya sesuatu untuk diberikan padamu."
Hapus.
***
Ken berdiri di depan sebuah lukisan tidak jelas berbentuk kotak-kotak tidak beraturan, garis lurus dan sedikit ada lingkaran serta segitiga sembarang. Ken bisa melihat kalau sebenarnya lukisan itu menggambarkan seekor anjing namun terlihat aneh dan perpaduan warna dari biru, kuning, orange, ungu, merah serta coklat itu benar-benar mengganggunya. Ia menyipitkan kedua matanya berusaha untuk mengerti dimana letak keindahan lukisan tersebut. Ia terbiasa melihat lukisan-lukisan realisme atau naturalisme dan menghabiskan hampir seluruh hidupnya membuat rancangan yang teratur dan terukur sehingga melihat lukisan yang dimatanya terlihat seperti gambar anak baru masuk TK itu membuatnya gemas dan ingin sekali memperbaikinya.
Merasa usahanya sia-sia, ia beranjak ke ruangan berikutnya dan matanya langsung tertuju pada lukisan monokrom yang menampilkan suasana pedesaan jaman dahulu. Dua orang laki-laki dan perempuan sedang menumbuk padi, di sekitarnya sekumpulan anak ayam beserta induknya sedang mengais tanah, dua orang anak sedang duduk sambil bermain di teras rumah panggung lalu ada asap yang mengudara dari sisa pembakaran tak jauh darinya. Permainan gradasi warna pada lukisan tersebut benar-benar membuat Ken seolah terseret ke masa lampau. Ia tidak tahu berapa lama ia akan memandangi lukisan tersebut sampai kemudian terdengar satu suara dari arah belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEFORE WE FALL
RomanceHidup Ken penuh berkat yang luar biasa. Memiliki keluarga yang sangat menyayangi dirinya, suami yang tidak hanya tampan tapi juga mapan dan amat pengertian, serta sahabat yang gila yang akan selalu berada di sisinya apapun yang terjadi. But nothing...