.
.
.
.
.Pertumbuhan
Seorang pria memakai setelan jas hitam , berdiri dan menyerahkan sebuah amplop kepada seseorang pria yang sedang duduk di kursi nya .
Pria tersebut mengatakan "seperti yang selalu terlihat , Nona Keempat tumbuh dengan sangat baik Kepala Song"
Kemudian dia meraih amplop tersebut dan melihat isinya . Didalam amplop tersebut terdapat beberapa foto yang diambil oleh beberapa papparazi yang dibayar nya untuk selalu mengikuti dan mengambil gambar seorang gadis atau terkadang tangan kanannya yang melakukan langsung "nyatanya dia bahkan tumbuh lebih baik dibanding keluarganya" gumam pria tua tersebut menatap nanar foto di tangannya
Difoto tersebut terlihat seorang gadis dengan berbagai kegiatan yang dilakukan nya "sudahkah kau menyelidiki alasannya untuk mengambil semua pekerjaan ini?" Tanya pria tersebut pada tangan kanannya
"Tidak ada alasan khusus , seperti nya itu benar benar murni karena hiburan dan menambahkan penghasilan , kecuali tentang dirinya yang berada di lingkungan militer , dia memang bertujuan untuk melakukan itu , dan kabarnya dia mendapatkan promosi dari jabatannya" jawab sang pria tersebut
Kepala Song mengangguk mengerti , entah apa yang ada dibenaknya saat ini . Yang pasti melihat ditiap lembar foto ditangannya, dia merasakan begitu banyak emosi yang tidak pasti .
Hampir setiap hari ,pria yang ditunjuk sebagai tangan kanan nya datang dengan amplop berisikan beberapa foto tentang keseharian seorang gadis yang sama dari paparazi yang diperkerjakan nya .
Pria tua bermarga Song pun berdiri dari duduknya dan meminta dirinya agar diantar ke suatu tempat . Setelah beberapa menit perjalanan , lelaki tua itu menapakkan kakinya di tanah yang terlihat dimana mata memandang itu penuh dengan batu nisan . Kepala Song menelusuri beberapa nisan dan akhirnya berhenti ketika berada didepan nisan orang yang begitu berarti dihidupnya . Lelaki tua itu lantas berjongkok dan menyentuh bagian nisan dengan sebelah tangannya "apa kau merasa bahagia disana ? Atau sebaliknya ? Apa kau marah dengan ku ?" Tanya nya pada batu nisan tersebut berharap mendengar jawaban . Namun nihil jawaban apa yang akan diperoleh dari batu nisan ?
Tanpa sadar butiran bening mengalir di pipi keriput pria tua tersebut , Tiap tetesan matanya menetes mengenai batu nisan , dengan tangan bergetar dia kembali berbicara "apa yang harus aku lakukan agar semua nya kembali menjadi lebih baik , aku begitu takut , sangat takut" ratap nya didepan batu nisan tersebut "harusnya kau ada disini , mungkin kejadian kejadian itu tidak akan terjadi karena kau mencegah ku" tambahnya lagi
"Sekarang semua nya hancur . Semuanya tumbuh dengan dengan sangat buruk . Ketiga cucu ku , mereka besar tanpa kasih sayang keluarga yang utuh seperti sebelumnya " tangisnya terasa semakin dalam mengingat setiap kejadian kejadian yang telah dialami nya selama dua puluh empat tahun terakhir .
Kekacauan yang terjadi didalam keluarga nya , membuat nya terus merasa bersalah . Memelihara penyesalan bukanlah hal terbaik , namun hanya itu lah yang bisa dilakukannya saat ini . Rasa bersalah dan ketakutan selalu menghantuinya . Meski dia memiliki keluarga namun dia terus mengasingkan dirinya , tenggelam dalam rasa takut yang menyiksa dari hari ke hari . Tidak dia tidak mengasingkan dirinya , hanya saja hubungan nya dengan menantu perempuan nya menjadi lebih buruk setelah kejadian buruk yang menimpa keluarga anaknya .
Akhirnya pria itu duduk dan menghabiskan waktu berjam jam , tentu sang tangan kanan juga tetap berdiri dibelakang nya dengan setia tidak meninggalkan nya sedetik pun . Ketika hari mulai gelap sang asisten akhirnya berbicara "Kepala Song , sebaiknya kita kembali sekarang . Jika tidak kau akan sakit jika seperti ini lebih lama lagi" saran sang asisten memegang kedua bahu tuannya . Hari sudah menunjukkan kegelapan nya tentu sang asisten tersebut harus mengingatkan tuannya.