.
.
.
.
.2. 23 Tahun
Pagi hari berikutnya , disebuah rumah yang begitu mewah anggota keluarga yang kini hanya memiliki empat orang tersebut . Memulai aktivitas nya masing masing , jika dulu mereka akan memulai pagi dengan ceria dan penuh kasih sayang . Maka berbeda dengan keadaan saat ini , ketika berada di satu meja makan tidak ada sapaan hangat atau bahkan pertukaran cerita kecil tentang apa yang akan dilakukan dihari mereka , hanya kehampaan . Mereka tidak sendiri , tapi rumah ini terus terasa sepi lebih tepatnya hampa .
Akhirnya sang ibu pun menyerah dan memulai pembicaraan "Sampai kapan kalian akan bersikap seperti ini?" Ucap Lee Ji Ah memandang ketiga anak nya tanpa daya "apa yang terjadi tidak seharusnya membuat kalian menjadi saling menjauh kan diri" ucap nya ketika lelah dengan apa yang dihadapinya setiap hari
Jennie meletakkan sendoknya dan memandang sang eomma dengan sinis"Bukankah kau seharusnya mengatakan hal seperti itu pada dirimu sendiri terlebih dahulu eomma?" Tanya Jennie tidak senang "jangan lupa , apa yang terjadi juga bukan keinginan Appa , tapi kau malah mengusirnya seperti ini adalah keinginan nya sendiri"
"Kau lah yang membuat kami seperti ini karena kau mengusir appa , apa menurut mu ini kesalahan appa ? Apa mungkin dia ingin anaknya sendiri menghilang ?" tambah Jennie lagi
"Jennie , aku tidak mengusir appa mu. Aku hanya meminta nya untuk terus mencari adik mu" jawab Ji Ah
"Dua puluh tiga tahun , kau memisahkan kami dari appa. Dua puluh tiga tahun kau menanti tentang anak bungsu mu , kau bahkan tidak tau jika dia masih hidup atau mati , bagaimana jika dia sudah mati ? Apa kau akan membiarkan kami tidak bertemu dengan appa kami hingga kami mati ? Hanya karena itu kau bahkan juga ikut mengabaikan kami!" Jennie berteriak lalu meninggalkan meja makan
"Jennie , jaga bicara mu . Seharusnya kau terus berdoa untuk adik mu!" Ji Ah pun sedikit berteriak agar dapat didengar oleh Jennie , tapi sayang seperti nya anak keduanya itu berpura pura untuk tidak mendengar nya , Jennie merasa lelah karena telah menahannya selama ini , hingga kali ini dia bahkan tidak memperhatikan cara bicara nya pada ibunya sendiri . Lagi pula hubungan mereka sudah tidak seperti dulu lagi kan ?
Saat melihat tubuh anak keduanya tidak terlihat lagi , dia menoleh pada dua anaknya yang lain yang masih berada di meja makan "Jisooya Chaeng-ah" Ji Ah ingin menjelaskan , tapi anak sulung nya ikut berdiri dan berkata ...
"Yang dikatakan Jennie benar , kau terus berharap pada anak mu yang berada entah dimana dan mengabaikan keluarga mu yang lain , kami masih disini ketiga anak mu masih membutuhkan mu , bukan hanya anak bungsu mu" jawab Jisoo menarik Chaeng agar pergi bersama , namun Chaeng menepis tangannya dari Jisoo lalu berjalan sendiri .
"Dia juga adik kalian , apa kalian tidak mengerti perasaan Eomma ? Dan Eomma tidak mengabaikan kalian , kalian selalu menolak saat Eomma mengajak kalian berbicara"
"Itu karena kami yang lelah selalu mendengar mu yang terus memikirkan tentang anak bungsu mu" Jisoo berhenti sebelum kembali melangkahkan kakinya "Dan juga , kau harus mengerti perasaan kami , jika kau ingin dimengerti , karena yang ku tau seharusnya seorang Eomma lah yang berusaha mengerti anaknya , bukan sebaliknya"
Chaeng kemudian berdiri , hanya menatap sang Eomma tanpa mengatakan apapun sambil meraih tasnya kemudian berlalu meninggalkan sang Eomma dengan tatapan nanar .
Untuk diketahui , Jisoo adalah anak tertua dari keluarga Song , disusul oleh Jennie , kemudian Chaeng , dan terakhir anak bungsunya yang menghilang .
Lagi dan lagi , Lee Ji Ah harus meneteskan air matanya . Karena bahkan anak yang berada didekatnya kini terasa jauh , tapi kenapa semuanya harus menjadi seperti ini ? Bukankah seharusnya mereka saling menguatkan satu sama lain . Dan Lee Ji Ah , tidak pernah mengusir suaminya , dia hanya meneriakkan suaminya untuk pergi mencari sang anak bungsu dan jangan pernah kembali jika belum menemukan nya .