25. Keadaan

104 13 1
                                    

.
.
.
.

KEADAAN

Pintu apartemen itu baru saja tertutup , ketika pemilik nya hendak pergi . Dia menyaksikan tetangga lainnya yang keluar dalam waktu yang sama . Semakin sering dia lihat , pada waktu ini dia selalu berpas-pasan dengan tetangga nya , tapi setaunya yang selalu keluar pada jam ini adalah ibu dari tetangga nya ini .

"Pagi" sapanya pada tetangga dengan nada ramah seperti biasanya , tapi seseorang itu tidak mendengar nya , lebih tepatnya berpura pura tidak mendengar nya .

Memperhatikan tetangga nya yang berpakaian lebih rapi dari biasanya , dia kembali mencoba bertanya hanya untuk keramah tamahan "apa kau ada wawancara kerja?" Pertanyaan itu akhirnya mendapatkan reaksi

Tapi bukan reaksi ramah , melainkan tatapan sombong "aku tidak perlu melalui tahapan wawancara kerja , karena aku segera diterima karena kebaikan ku . Bahkan aku bekerja di Perusahaan besar di Seoul"

Terkejut , itu adalah kata pertama yang terlintas saat mendengar jawaban nya . Setaunya tetangga nya ini tidak memiliki kenalan atau kerabat yang bisa membantu nya untuk mencapai pekerjaan di Perusahaan besar , gadis ini bahkan hanya tinggal berdua eommanya saja sebagai satu satunya keluarga yang dia miliki  . Maka dari itu dia pernah berniat menawarkan diri untuk membantu . Tapi bukan berarti dia meremehkan gadis ini , dia hanya terkejut . Tapi jika memang begitu dia bersyukur , akhirnya kehidupan gadis didepannya ini tidak selalu bergantung dan merengek pada eommanya lagi .

Mungkin dia sudah mendapat hidayah hingga memutuskan bekerja .

****

Sebuah motor sport berhenti tepat di depan sebuah rumah mewah untuk menjemput seseorang , tidak berselang lama seseorang dengan wajah ceria nya muncul dari balik gerbang "selamat pagi gadis berpipi tupai kesukaan ku" meski tidak menyukai panggilan nya , karena senyuman yang terbit di wajah Lisa menghilangkan kekesalan pada gadis itu

Setelah nya dia berjalan mendekat dan meraih helm yang diberikan Lisa . Sebelum mengenakan helm itu . Dia meraih Helm Lisa dengan paksa dan bergerak menciumnya dibagian kaca , sedikit kesal karena itu menutupi pipinya . Sehingga dia hanya bisa memberikan nya pada helm nya "hadiah untuk mu karena menjemput unnie mu"

Tangan Lisa yang memegang helm dibiarkan menggantung . Meski ini adalah hal yang selalu didapatkan nya sejak rutin menjemput Chaeng dia tetap merasakan detak jantung nya menjadi tidak beraturan . Selain itu kata kata Chaeng yang selalu mengatakan bahwa dirinya adalah unnie nya , selalu membuat perasaan Lisa menjadi lebih nyaman . Berbeda jika dengan Jung bersaudara jika melakukan itu .

Tapi Chaeng tidak bergerak mengambil helm dan mengenakan nya di kepalanya , melainkan menatap tak suka dengan Lisa dengan melipat kedua tangannya didada . Lisa teringat lalu menggelengkan kepalanya dan mengenakan helm ditangannya dengan hati hati ke kepala gadis tupai itu "bahkan sikap mu tidak menunjukkan seperti kau seorang unnie"

Chaeng mencibir "jika semuanya diukur dari segi tertentu . Maka suami tidak akam disebut suami jika ingin bermanja pada istrinya . Asal kau tau , orang orang bersikap manja karena dia merasa nyaman dan aman pada seseorang" setelah itu dia meminta sebelah tangan Lisa sebagai penopang nya untuk naik ke motor sport "kajja uri dongsaeng!"

Memilih untuk tidak lagi memprotes Lisa hanya mengukir senyum di wajahnya dan menjalankan motor sportnya dengan santai . Karena mereka tidak dikejar waktu .

Regrets Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang