THE MASTERPIECE

568 45 12
                                    

"Cantik ...." gumam Jeon sambil tersenyum tipis di depan The Masterpiece. 

The Masterpiece, lukisan 5 meter dengan gambar seorang wanita tertunduk sedih dengan bagian belakang tubuhnya terlihat memudar. Perpaduan warna yang kontras dengan background senja yang terlihat juga memudar. Tidak mudah bagi seorang seniman membuat warna yang tidak standar pada umumnya. Tapi begitulah Kim Y/N. 

Mereka yang mengenal Jeon terheran dengan ekspresi wajah Jeon. Jimin dan Hyeri lama mengenal Jeon, dan cukup mengenalnya untuk bisa mengatakan hal yang mustahil bagi seorang Jeon Jungkook mengagumi seorang wanita. Apalagi di pertemuan pertama mereka. 

Namun, sesungguhnya, mereka salah mengartikan senyum dan ungkapan Jeon. Dia tidak sedang memuji Y/N. Dia sedang memuji lukisan di depannya. Setelah 30 tahun, Jeon bisa melihat warna lain selain abu abu, hitam, dan putih. Dia melihat bagaimana indahnya senja melalui lukisan Y/N. Dia bisa melihat bagaimana perpaduan warna kuning dan merah bis amenghasilkan warna langit yang sudha dia lupakan sejak 30 tahun yang lalu. Dia juga bisa merasakan bagaimana hangatnya sinar matahari senja melalui The Masterpiece. 

"Huh? ..." Y/N menghentikan penjelasannya. 

"A..a.. apa?" Jeon terlihat gagap menanggapi pertanyaan singkat Y/N. 

"Tadi Mr. Jeon mengatakan sesuatu?" tanya Y/N lagi meyakinkan. 

"O..o.. eng.. gak.. ini lukisannya cantik" Jeon kembali tersadar.

"Warnanya cantik" kata Jeon menambahkan sambil membenahi dasinya yang sudha benar letaknya. 

Jeon terlihat gugup ketika Y/N menangkap ekspresi wajahnya. Ekspresi layaknya seorang anak kecil yang baru pertama kali melihat pelangi. Hyeri dan Jimin juga tidak kalah terkejut melihat ekspresi Jeon. Sepanjang mereka berhubungan dengan Jeon. mereka tidak pernah menemui ekspresi wajah yang demikian bahagia. 

"Jam berapa Anda selesai?" tanya Jeon tiba tiba pada Y/N. 

"Yaaa? " tanya Y/N gugup. 

Y/N terkejut mendengar pertanyaan Jeon yang tiba tiba. 

"Pukul 22.00" jawab Y/N singkat.

"Ad...?" kata kata Y/N terputus.

"Okay .. kalo begitu, kita bisa makan malam pada jam itu kan?" tanya Jeon antusias. 

"Tidak terlambat untuk makan malam kan?" tanya Jeon lagi.

Y/N masih terbengong dengan ajakan kencan dari seorang pria asing yang sudah terkenal dengan reputasi playboy  nya. Y/N sedikit ragu ragu untuk menjawabnya. 

Apa yang sedang dia rencanakan? 

Pikiran itu memenuhi kepala Y/N sampai sampai Jeon harus menyentuh lengan kanannya untuk membuyarkan lamunannya. Spontan dia menepiskan tangan Jeon dan mundur selangkah. Mereka yang ada di sekitar Jeondan Y/N kaget. Mereka menunjukkan ekspresi antara penasaran dan anggapan tidak sopan.

"EEe.. maaf.. " kata Y/N malu.

"Tidak apa apa..." kata Jeon menenangkan.

"Jadi?..." tanya Jeon lagi.

"Huh? .. ooo.. makan malam.. iya tidak apa apa." kata Y/N. 

Jeon tampak bahagia, terlihat senyum di wajahnya. Sedangkan Y/N, masih bingung dengan jawabannya. Entah apa yang merasukinya sampai sampai dia mengiyakan ajakan Jeon. 

"Mengapa kamu menggambar lukisan ini?" tanya Jeon sesaat menoleh ke The Masterpice.  

Jeon masih mengamati setiap detil warna di lukisan tersebut. Dia berusaha mengingat setiap warna dalam lukisan itu.  Dia berharap warna warna itu tidak akan hilang. Dia juga berharap ini akan jadi akhir dari penyiksaan hidupnya. 

PENULIS KESAYANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang