Oooh ...
Kata itu yang hampir keluar ketika Jeon membayangkan bagaimana dia menjilati setiap jari Y/N. Namun Jeon masih berada di ambang kesadaran, dan dia masih tahu bahwa saat ini mereka berada di tempat umum. Dia masih bisa bertahan agar Y/N tidak mengetahui seberapa besar dia menggodanya hingga membuat penisnya mencoba meringsek keluar dari ketatnya celana hitam yang dikenakan Jeon.
Namun ternyata ketahanan itu tidak bisa bertahan lama. Meskipun Jeon bisa bertahan beberapa saat, namun saat Y/N memejamkan matanya dan menjilati sisa fish cake di jari jarinya, Jeon justru semakin bermain dengan fantasinya. Mulai dari bagian dia yang menjilati jari jari itu, leher jenjangnya, turun ke gundukan payudara yang terlihat membusung, hingga turun ke jenjangnya kaki putih Y/N.
Sadar Jeon ... sadar....
Ini di tempat umum...
Seketika Jeon menyadarkan dirinya sendiri. Dia berbalik sambil berjalan perlahan untuk menghindari pemandangan yang bisa membuatnya "menerkam" Y/N di tempat itu. Dia menghela nafas dan menghirup udara di sekitarnya.
"Kenapa Mr. Jeon?" tanya Y/N sambil mendekati Jeon.
"Gak koq, aku hanya sedikit sesak di dekat banyak orang saja" kilah Jeon.
Penisku yang terasa sesak.
Mengapa kamu melakukan itu?
Pikiran Jeon mulai kacau. Dia tidak bisa mencegah lagi pikiran pikiran kotor itu muncul di pikirannya.
"Maafkan aku.. aku tidak tahu" Y/N merasa tidak enak hati kepada Jeon.
Dia mengira bahwa Jeon tidak suka berada di keramaian. Dia yang memaksa Jeon untuk berhenti di gerobak street food itu. Seharusnya dia menanyakan terlebih dulu apakah Jeon merasa nyaman atau tidak.
"Kita pulang saja..." ajak Y/N sambil menggandeng tangan Jeon.
Y/N berfikir dengan menggandeng Jeon. dia akan merasa lebih baik. Namun sebaliknya, Jeon justru merasa lebih bergelora. Entah apa yang terjadi dengannya, mengapa hanya sebuah sentuhan dan gandengan Y/N membuatnya jadi tidak karuan.
Sontak Jeon melepaskan tangannya dari Y/N. Dia tidak ingin Y/N merasakan bagaimana gemetarnya tangannya. Meskipun kaget, tapi Y/N tahu kalo mungkin Jeon butuh waktu sendiri. Jeon mempersilakan Y/N untuk berjalan duluan. Dia melipatkan kedua tangannya di depan dadanya, berusaha untuk menutupi tangannya yang gemetar.
Y/N berlari kecil menuju sebuah toko supermarket kecil di dekat mobil Jeon. Dia keluar dari supermarket membawa secangkir kopi panas. Dia berfikir mungkin ini bisa menenangkan Jeon sedikit. Setidaknya memberi kehangatan.
"Minumlah" Y/N menyodorkan gelas kopinya kepada Jeon.
Jeon menerima dan meminumnya sedikit. Dia merasa lebih tenang. Namun, pikirannya tidak bisa dibohongi bahwa ada perasaan berbeda untuk Y/N. Tidak pernah ada dalam kamus seorang Jeon bahwa dia begitu horny ketika bersentuhan dengan seorang wanita. Jangankan bersentuhan, bukan seorang Jeon jika dia begitu menginginkan seorang wanita hanya ketika dia melihat bagaimana wanita tersebut begitu menikmati sepotong fish cake yang dimakan dari jarinya sendiri. Bukan seorang Jeon juga ketika pikirannya begitu mesum ketika melihat seorang wanita menjilati jari jarinya.
Jeon mengamati Y/N untuk sesaat. Dia melihat apa yang berbeda dari Y/N. Dia melihat Y/N penuh dengan kekaguman.
Tidak heran jika aku sangat menginginkannya...
Dia begitu sempurna...
Dari rambut panjang terjuntai, kulit yang meskipun tidak terlalu putih, namun bersih, senyum manis yang luar biasa, gigi berderet rapi, wajah yang nyaris sempurna, kaki panjang dengan kulit yang bersih, wangi badannya yang khas, tubuh yang nyaris tidak ada cacatnya....
KAMU SEDANG MEMBACA
PENULIS KESAYANGAN
RomanceAku kasih tau dulu dech .. biar kagak salah paham ya ... Nich cerita kagak buat anak yang umurnya masih 2 digit dengan angka 1 di depannya... jadi yang baca nich cerita mesti yang umurnya minimal angka 2 di depannya. Aku udah ngingetin ya ... Oya...