The Dinner

570 53 21
                                    

" Thank you" kata Y/N ketika Taehyung menghampiri dia.

Taehyung baru saja menyelesaikan administrasi untuk pembelian lukisan The Masterpiece.

"Bukan apa apa.. lagipula ini untuk amal kan?" tanya Taehyung basa basi. 

"Tetap saja ... ini terlalu banyak Tae..." kata Y/N malu.

"Aku pikir harganya terlalu tinggi hanya untuk lukisan seperti itu" tambah Y/N. 

'Tidak lah . apalagi aku juga punya kontribusi di lukisan itu lho" senyum Taehyung sambil menepuk lengan Y/N.

Y/N terlihat begitu bahagia. Dia menyambut senyum Taehyung dengan senyum yang manis juga. Entah kenapa, dia begitu nyaman setiap kali bercakap cakap dengan Taehyung. Ada perasaan aman saat dia berada di dekat Taehyung. Rasa aman yang selalu dia inginkan selama 25 tahun ini. 

Di seberang  sisis ruangan, terlihat Jeon begitu kesal. Jimin yang melihat ekspresi sahabatnya saja tidak bisa menebak alasan mengapa sahabatnya itu begitu kesal. Dia tidak bisa menebak apakah Jeon kesal karena kalah dalam pertarungan lelang tadi, atau dia kesal karena melihat kebersamaan Y/N dan Taehyung. Jimin tahu pasti bahwa ada sesuatu yang sedang direncanakan Jeon kali ini. Dia berusaha mencari tahu. 

"Sudahlah Jeon.. itu hanya lukisan" pancing Jimin. 

Dia sangat suka menggoda sahabatnya itu. 

"Bukan masalah lukisannya Jim" kata Jeon.

Terlihat Jeon menggenggam gagang gelas sampanye dengan keras. Terlihat juga rajang Jeon mengeras. Jimin tahu pasti bahwa sebentar lagi bakalan terjadi kerusuhan. Jimin sudha mengenal Jeon bertahun tahun, jadi dia tahu pasti kapan seorang Jeon marah dan dia akan membuat huru hara. Meskipun umurnya bisa dikatakan umur yang matang, namun Jeon akan menjadi seorang anak kecil apabila keinginannya tidak tercapai. 

"Woooy ... sabar bro ... sabar" tarik Jimin ketika Jeon hendak menghampiri Y/N dan Taehyung. 

Jeon mengikuti tarikan Jimin dan mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. Dia sedang memutar otak, bagaimana caranya dia tidak kehilangan Y/N. Dia tidak ingin kehilangan satu satunya kesempatannya untuk sembuh dan menjadi normal lagi. Sesuatu yang sangat dia impikan. 

"Aku harus bicara dengan Y/N" protes Jeon pada Jimin. 

"Aku tahu .. tapi sabar" kata Jimin menenangkan.

"Kamu masih punya acara dinner dengan Y/N kan?" tambah Jimin. 

Sekarang Jimin tahu mengapa sahabatnya begitu marah. DIA CEMBURU.

CEMBURU?

Seorang Jeon CEMBURU?

Itulah yang dipikirkan Jimin. Tanpa dia sadari, dia tersenyum senyum sendiri. 

"Mengapa Anda tersenyum Tuan Jimin?" tanya Jeon sambil melotot. 

Jimin mengangkat kedua tangannya sambil tersenyum lebar. 

"Ada apakah?" tanya suara lembut Y/N. 

Jimin dan Jeon yang saling menggoda, langsung berbalik ke arah suara. 

"Ini Jeon...hmph..." Jeon langsung menutup mulut Jimin. 

"Tidak ada apa apa" kata Jeon sambil menyeringai. 

"Sudah selesaikah semua?" tanya Jeon lagi. 

"Sudah ... " kata Y/N tersenyum melihat tingkah laku kedua sahabat itu.

"Tapi aku ingin mengucapkan terima kasih Mr. Jeon. Meskipun Anda tidak berhasil memenangkannya, tapi Anda membuat lelang ini sangat menarik" tambah Y/N.

PENULIS KESAYANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang