PERMOHONAN IJIN

547 42 44
                                    

Sudah 1 bulan ini Y/N pindah ke apartemen Jeon. Hari hari yang mereka lalui berasa seperti sepasang pengantin baru. Mereka selalu menyempatkan untuk makan bersama, tidur bersama, dna menghabiskan hari libur mereka di apartemen baru mereka. Tidak jarang juga Jeon menemani Y/N melukis hingga tengah malam, atau sebaliknya Y/N akan tertidur di pangkuan Jeon ketika Jeon sedang menyelesaikan novelnya. 

"Hari ini pulang cepat ya?" pinta Y/N saat Jeon hendak berangkat ke kantor. 

"Kenapa? belum belum sudah merindukanku?" goda Jeon sambil mencium kening Y/N. 

Ritual yang selalu dilakukan Jeon setiap kali dia akan berangkat ke kantor. 

"Issh.. ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu." kata Y/N serius. 

"Atau aku perlu libur hari ini?" tanya Jeon tidak kalah serius. 

Y/N hanya menggelengkan kepalanya sambil mengantar Jeon ke pintu keluar. Jeon tidak pernah bisa membantah keinginan kekasih hatinya itu. 

"Apa yang ingin dibicarakan Y/N?" gumam Jeon dalam lamunannya. 

"Apa yang kamu pikirkan?" Jimin menepuk bahu Jeon yang terlihat kebingungan. 

"Apa sich Jim?" tanya Jeon sambil menghardik tangan Jimin. 

"Mestinya aku yang bertanya.. ada apa huh?" tanya Jimin. 

"Bukan apa apa...hanya saja.."  Jeon tidak melanjutkan kata katanya. 

"Kalian ini sudah tinggal bersama, tapi kenapa justru kamu terlihat tidak bahagia?" goda Jimin lagi. 

"Enak saja .. justru karena terlalu bahagia Jim ...hmmm" senyum Jeon mengembang setiap kali dia membicarakan kehidupannya dengan Y/N. 

"Lantas?" tanya Jimin sambil mengambil secangkir scotch  di meja bar kecil milik Jeon. 

"Hari ini Y/N ingin membicarakan sesuatu...Tidak pernah aku lihat di seserius ini sebelumnya" kata Jeon menerima segelas scotch dari Jimin. 

"Ya ampun.. bukan perkara besar Jeon .. cukup selesaikan pekerjaan disini.. pulang" kata Jimin ringan. 

"Memangnya semudah itu?" ledek Jeon. 

Jimin hanya menggeleng kepalanya. Dia tidaj pernah tahu dengan jalan pikiran Jeon yang rumit. Dia selalu menganjurkan cara yang sederhana. tapi begitulah Jeon... seorang yang rumit. 

"Aku ada berita bagus Jeon" kata Jimin antusias. 

"Ada apakah?" tanya Jeon penasaran. 

"Aku harap ini benar benar berita bagus" kata Jeon lagi. 

"Kita akan segera melaksanakan rencana kita" kata Jimin senang. 

"Benarkah?" tanya Jeon tidak percaya. 

Sudah sebulan ini, mereka merencanakan pembalasan dendam untuk Taeyong dan Chanyeol. Jeon berusaha melakukan aksi balas dendamnya di belakang Y/N, karena dia tidak ingin Y/N terluka nantinya. Namun, dia memastikan bahwa Y/N akan melihat pembalasan yang sudah direncanakan Jeon dengan mata kepalanya sendiri. 

"Akhirnya ... " kata Jeon sedikit puas. 

"3 hari lagi Jeon , Naeun mengundangmu untuk pesta ulang tahunnya" kata Jimin. 

"Aku tahu .. dan aku sudah tidak sabar dengan hadiah yang akan kuberikan padanya" kata Jeon licik dan puas. 

Jimin melihat Jeon dengan rasa puas juga. Sebagian besar rencana pendekatan Jeon pada Naeun dan Chanyeol adalah berkat Jimin. Jimin merupakan "teman tidur" pemilik Wedding Organizer  yang disewa Naeun dan Chanyeol. Jadi mau tidak mau, Jimin mengetahui setiap perkembangan persiapan pernikahan Naeun dan Chanyeol yang akan diadakan minggu depan setelah pesta ulang tahun Naeun. 

PENULIS KESAYANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang