•15•

1.1K 115 8
                                    

Rumah sakit daun permata | 14.00 waktu setempat

Taufan POV

Hari ini, hari Rabu. Aku mengambil cuti kuliah, juga cuti kantor. Kebiasaanku pada hari Rabu. Jika kalian bingung mengapa? Karena kata Dr. Kaizo, penyakitku sudah semakin parah. Dan lebih mengejutkan, sudah tidak dapat disembuhkan lagi. Jika kalau pun bisa, kemungkinan beberapa persen saja aku selamat, jika aku selamat aku akan lupa semuanya Singkatnya, amnesia.

"Jadi? Bagaimana kak?" Tanyaku pada kak kaizo, yah aku sudah menganggapnya sebagai kakakku sendiri.

"Hasilnya tetap sama, rambutmu juga mulai tipis fan. Gak ada niatan operasi? Kemungkinan masih 45%" jawab kak kaizo, aku menggeleng sembari tersenyum tipis. 'Mungkin ini yang terbaik' pikirku. Kak kaizo menghela nafas lelah. Yah bukan kali ini saja kak kaizo menawarkan operasi. Bahkan sebelum kanker ku masuk ke stadium 4 dia sudah menawarkannya.

"Coba pikirkan lagi fan. Apa kau tak kasihan dengan ayahmu? Ok aku tau pasti kau berfikir. 'kenapa? Dia sudah tidak menganggapku'. Tapi setidaknya berpikir lah karena Halilintar, atau mungkin kedua sahabatmu itu?" Katanya dengan lembut. Bagaimana dia tau tentang aku dan Halilintar? Bagaimana dia tau soal thorn dan blaze?

Tentu saja dia tau, secara adiknya ini teman masa kecil Halilintar, pasti dia juga dekat dengan halilintar. Kalau blaze dan thorn? Mereka yang sering mengantarku kemari, tapi mereka tetap tidak tau tentang penyakitku. Karena aku hanya minta mereka mengantarkan ketika obat heat ku habis.

"Tidak kak, keputusan yang aku ambil ini sudah matang." Jawab ku dengan menggeleng kecil. Lagi-lagi aku mendengar helaan nafas pelan dari kak kaizo. Mungkin dia sudah letih mengingatkanku terus?

"Terserah kau fan. Tapi ingat! Aku juga tidak ingin kehilanganmu. Kau itu sudah seperti fang, kau juga adikku." Aku bisa mendengar nada tulus dari perkataannya. Aku hanya tersenyum kecut, jujur saja aku mengatakan itu tetapi jauh didalam lubuk hatiku. Aku tidak menginginkannya, aku tidak ingin mereka semua sedih karena kehilanganku.

Taufan POV end.

Kini Taufan sudah berada dikediamannya, Mension cyclone.

"Bunda! Bunda masak apa?" Taufan berjalan ke arah dapur ketika Indra penciumannya mencium bau sedap dari sana.

"Bunda masak makanan kesukaanmu, sini duduk dulu." Yah itu bunda Taufan, lebih mudahnya kita sebut nyonya arabella nindia cyclone, Panggil saja Bella.

Sejak kejadian dimana Halilintar meminta izin atas hubungannya dengan Taufan, Bella tidak pulang selama beberapa Minggu. Ini sudah masuk Minggu kedua sejak kejadian itu. Taufan masih sangat ingat dengan jelas, bagaimana dengan enteng ayahnya menyetujui hubungannya.

Flashback

"BUNDA???" Teriakkan Taufan itu didengar oleh teman-temannya, teman-temannya juga terkejut dengan kehadiran bunda Taufan disana. Kecuali Halilintar.

"Long time no see son!" Bella tersenyum kearah putra semata wayangnya, dia berdiri lalu merentangkan kedua tangannya bermaksud agar Taufan memeluknya.

Taufan yang melihat itu tanpa basa basi menghambur pelukannya kepada sang bunda, yang sudah sangat lama dia rindukan.

"Bunda.. hiks! Bunda kapan sampai? Kenapa tidak bilang Taufan dulu?" Kata sang anak dengan Tangis dalam pelukan bundanya. Bella hanya tersenyum sembari mengelus Surai lembut milik Taufan, dia sangat merindukan putranya ini.

"Bunda minta maaf, bunda kemari juga karena kekasihmu yang meminta bunda datang dan ingin membicarakan hal serius soal hubunganmu." Jawab Bella dengan lembut. Taufan melepas pelukannya menatap sekilas wajah bundanya lalu beralih menatap Halilintar.

•TAUFAN• [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang