•24🔞•

4.4K 126 8
                                    

Halilintar POV

"Kau gila!" Teriaknya, ya! Sekarang posisi Taufan berbaring di meja dengan cheese krim yang ada pada tubuhnya.

Sejak kapan taufan telanjang? Sejak setengah jam yang lalu.

"Kau yang membuat ku gila sayang" balasku dengan seringai, aku bingung tentu saja.

Bagaimana Taufan yang awalnya mempunyai tubuh imut, ramping, menjadi manly begini?

Bukan tak suka, hanya saja kurang cocok untuk ukuran uke seperti Taufan.

"want to open it?" Tanganku menunjuk kancing kemejaku.

Taufan beranjak, sekarang posisinya menjadi duduk tanpa sehelai benang pun. Sedangkan aku masih berpakaian lengkap.

Tangan Taufan satu persatu mulai membuka kancing kemejaku, tapi tatapannya hanya tertuju pada manik mataku.  Bahkan...kenapa wajahnya seperti memancing nafsu ku? Oh astaga! Kenapa aku jadi kelebihan hormon begini sih??

"Kenapa hm? Kau tak ingin melanjutkannya?" Dia mengeluarkan senyum remeh, aku diam. Tapi tak lama kemudian aku mendorongnya hingga kembali berbaring pada meja makan.

"Kau salah Taufan. Salahmu disini membangunkan sesuatu yang sedang tertidur." Kataku, sebenarnya itu tak sepenuhnya salah.

Karena yah..'adik' kecilku sudah menegang, walau belum sepenuhnya sih.

Aku menciumnya, dari dahi turun ke mata, hidung, pipi, dagu, telinga, dan berakhir melumat bibirnya.

"Emmmh...ngh!" Itu desahan Taufan, aku tak tau tapi yang jelas dia seperti kucing liar sekarang.

Astaga! Bisa kalian bayangkan kucing yang masuk kedalam kandang singa? Tapi aku kan alpha..bukan singa ಠ_ಠ

"Aku tak akan mengampunimu malam ini! Cam kan itu kucing nakal!" Setelah mengatakan itu aku melepas ikat pinggang yang masih bertengger indah pada pinggangku.

Melepas celana boxerku juga celana dalam. Taufan melihat itu semua, dapat ku lihat fokus Taufan hanya pada bagian bawahku. Membuat ku entah kenapa semakin nafsu, astaga..lihat wajah itu!! Lihat tubuhnya!! Ingin aku menangis..

"Berhenti menatapnya Taufan! Dia akan semakin menegang!" Kataku dengan sarkas. Taufan mengalihkan tatapannya, menatap ke arahku. Lalu menyeringai licik, dia bangun dari posisinya lalu berjongkok di bawahku.

Tanpa tau malu, tangannya memegang penisku dan mengocoknya lambat. Bermaksud menggodanya—sedikit.

"Hm? Kenapa semakin membesar? Terakhir kali tak sebesar ini. Kau memakai obat pembesar? Katakan padaku apa mereknya, aku juga ingin memilikinya!!" Katanya, vulgar. Sejak kapan taufan seberani ini?

"Katakan padaku, siapa yang mengajarimu berbicara kotor seperti ini?" Balasku tanpa menghiraukan pertanyaan Taufan tadi.

Taufan mengadakan kepalanya, dengan mulut terbuka kecil. Aku menelan ludahku kasar, kenapa pemandangan ini menjadi jauh lebih sexy?

"Kau yang mengajariku pangeran tampan." Jawabannya, lalu kembali fokus pada penis ku yang menegangkan.

Dikocoknya pelan, kadang diremat pelan olehnya. Sampai penisku menegang sempurna, baru dia masukan pada mulutnya.

Bahkan itu tak sampai semua, jangankan semua. Itu pula tak sampai setengah!

Taufan mengeluarkannya lagi lalu mengadah menatapku, yang memang sedari tadi menatapnya. "Terlalu besar.." katanya dengan nada lirih? Tapi menurutku itu nada yang bermaksud menggoda ku.

"Mulutmu yang terlalu kecil sayang.." balas ku, Taufan memajukan mulutnya beberapa centi. Lalu kembali menatap penisku.

Taufan menggenggamnya pelan, dimasukkannya lagi 'benda keras' milikku, lalu dia kulum pelan.

•TAUFAN• [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang