Mension Cyclone | kamar Taufan 20.00 Waktu setempat
'Tok tok tok'
Terdengar ketukan dari luar pintu kamar Taufan, Taufan yang sedang mengerjakan tugas-tugasnya tentu terganggu. Bukan sekali dua kali ketukan itu terdengar. Namun berkali-kali, dia coba mengabaikan tapi semakin diabaikan semakin menjadi.
Taufan beranjak dari meja belajarnya, lalu berjalan kearah pintu. Bertanya mimik wajah Taufan sekarang bagaimana? Mimik wajah Taufan sedari tadi tidak bersahabat. Apalagi setelah mendengar pernyataan sang ayah, membuat ia semakin geram, bahkan urat urat disekitar rahangnya sudah mulai bermunculan.
"Siap-" belum selesai Taufan berbicara, sesosok bertubuh tegap didepannya dengan cekatan mendorong Taufan masuk kemudian menutup pintu itu keras.
Didepan Taufan sekarang berdiri tegap sesosok pria tampan dengan pakaian, kaos hitam polos dibalut jaket putih adi*d*s dan celana Levis hitam. "Hali kamu kenapa?" Tanya taufan yang menyadari bahwa didepannya sekarang ini kekasihnya. Bukan orang lain.
"Kamu dari tadi ngapain sih? Aku ketuk dari tadi kok gak disahuti? Ngapain hm? Selingkuh?" Bukannya menjawab pertanyaan Taufan, halilintar malah menyemburkan pertanyaan yang pasti tidak akan dilakukan Taufan.
"Apaan sih? Aku ngerjain tugas! Sembarangan banget!" Jawab Taufan judes, halilintar mengerutkan dahinya ketika dirasa hawa kamar Taufan tidak seperti biasanya. Dia menghela nafas pelan, tangan Halilintar terangkat mengunci pintu kamar millik Taufan.
"Gak ada orang dirumah kan?" Tanya Halilintar, Taufan yang masih tak sadar Hanya menganggukkan kepalanya, dia masih dalam mood buruk ok?
"Kenapa kemari?" Tanya Taufan cuek, halilintar mengerutkan alisnya bingung. Tidak biasanya... itulah batin halilintar.
"Gak boleh?" Tanya halilintar tak kalah cuek. Jika Halilintar tau mood Taufan buruk, bukan memperbaiki mood kekasihnya dia malah membuatnya semakin bertambah. Yah itulah yang dia lakukan selama 5 bulan.
"Ck! Kalau gak ada apa-apa pulang sana!! Keluyuran terus!!" Sembur Taufan. Halilintar hanya mengedikan bahu, acuh.
Halilintar berjalan kearah kasur, lalu membanting tubuhnya keatas kasur empuk milik Taufan.
"Kenapa sih? Sini cerita!! Jangan marah-marah gitu. Lagian aku ini kekasihmu kan? Sekecil itukah kepercayaan mu padaku?" Halilintar menatap langit-langit kamar Taufan yang nampak tenang. Taufan sendiri terdiam mendengar perkataan kekasihnya.
Mata Taufan mulai berkaca-kaca, dia berlari kecil kearah kasuk, detik kemudian dia melempar tubuhnya kebadan Halilintar. Dia menangis didalam dekapan Halilintar, ini kedua kalinya dia menangis didekapan Halilintar.
Halilintar sendiri? Dia menyambut tubuh Taufan dengan lembut, lalu dibenamkannya wajah itu didalam dada bidangnya. Dia tau, sangat tau. Dibalik senyum Taufan, disetiap tubuh Taufan, dia itu rapuh..sangat rapuh.
Walau baru kedua kalinya dalam 5 bulan yang lalu Taufan menangis dalam dekapan Halilintar, halilintar selalu memerhatikan Taufan. Dia tau Taufan sering menangis, hanya saja dia menutupnya.
Kalian kira halilintar tak peduli? Salah!
Kalian kira blaze dan thorn tidak tau? Salah!
Solar dan ice hanya diam saja? Salah!
Semuanya khawatir pada Taufan, terlebih gelagat Taufan yang makin hari semakin aneh. Tetapi mereka berpura-pura agar tidak mengetahui semua, untuk Taufan mereka ikuti alurnya.
"Menangis lah, You hide it from me, but you can't hide it with your tears." Kata-kata halilintar itu, semakin membuat tangis Taufan pecah. Sudah lama dia ingin menangis dalam kehangatan, bukan kedinginan.
KAMU SEDANG MEMBACA
•TAUFAN• [TAMAT]
RandomTaufan cyclone adalah anak dari keluarga cyclone. Dia tinggal dengan ayahnya, ibunya? Ayah dan ibunya sudah bercerai ketika dia berumur 16 tahun. Hanya karena kesalah pahaman dari sang ayah. Taufan memiliki 2 sahabat tetap. Yaitu blaze dan thorn, bl...