Pria berpakaian serba hitam itu menyeret kasar wanita yang baru saja ia lucuti ke ruangan gelap dan sempit, pria itu terlihat sangat menyeramkan, wajahnya menyeringai puas melihat wanita di hadapannya itu kini bersimbah darah.
Terlihat bekas tusukan di bagian perut dan goresan-goresan di kaki wanita itu. Semuanya sudah di aliri darah.
"Jangan mati dulu, Sayang. Aku belum mencapai klimaksku," katanya sembari menggoreskan pisau kecil di kulit tangan wanita itu..
"Aarggghhhhh! Sakittt! Lepaskan aku! Kumohon ampuni aku!" teriak wanita itu histeris merasakan perihnya kulit yang kini kembali mengeluarkan cairan kental berwarna merah itu.
"Ahhh... Ini sangat nikmat, baby. Aroma darah ini sangat nikmat. Satu minggu ini aku tidak melakukan pembedahan kau tau? aku sangat rindu bau ini," ucapnya kemudian tertawa puas.
Wanita itu meringis kesakitan. Tubuhnya melemah. Wajahnya sudah basah dengan air mata sekaligus darah.
"Ah, kau sangat lemah, baby. Baru beberapa tusukan dan goresan kau sudah mau mati," ucapnya kesal.
Pria itu kini berjongkok di hadapan wanita itu, menatapnya penuh nafsu. "Baiklah, kita harus meninggalkan satu seni lagi di sini, setelah itu kau boleh mati," ucap pria itu kemudian mulai mengukir tulisan indah di pipi wanita itu, 'Daddy'.
-
-
-
Park Nina mengerjapkan matanya perlahan, ia terbangun dari tidur mencari seseorang di sebelahnya. Harusnya ada Jimin yang berbaring di sana. Tapi ini tidak ada.
Nina menoleh ke arah jam dinding yang terpampang jelas di dinding kamarnya. Pukul 02.00 pagi. "Di mana Jimin, pagi-pagi begini?" batinnya.
Tanpa berpikir panjang, akhirnya Nina memilih keluar dari kamar dan mencari suaminya itu. Ia mencari ke setiap sudut ruangan rumahnya termasuk dapur. Tapi nihil. Ia tidak menemukan sosok Jimin.
Kemana dia?
Nina sangat khawatir sekarang. Pikirannya berkecamuk. Bagaimana bisa suaminya tidak ada?
Nina mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu. Meraup wajahnya kasar. Memijat pelipisnya yang sedikit pusing. Ia masih memikirkan dimana suaminya berada. Ini masih sangat pagi untuk berkeliaran di luar rumah bukan?
Beberapa menit kemudian, terdengar suara langkah mendekat ke arah Nina yang sedang duduk.
"Sweetie?"
Nina segera menoleh, mencari sumber suara itu berada. Jimin, dengan piyama di tubuhnya itu kini tengah berdiri menatap istrinya bingung.
"Apa kau mimpi buruk? Kenapa kau bangun pagi-pagi sekali, Sweetie?" tanya Jimin kemudian melanjutkan langkahnya mendekat ke arah Nina.
Nina menghembuskan nafas lega. Dan dengan segera menghambur memeluk Jimin. "Kukira kau kemana, Jim. Aku terbangun dan mencarimu. Aku khawatir. Aku takut sendirian," ucapnya dengan suara sedikit bergetar.
"Aku lupa jika ada pekerjaan yang belum kuselesaikan. Jadi, aku mengeceknya di ruang kerja. Maaf ya, membuatmu khawatir," ucapnya kemudian mengecup bibir istrinya itu sekilas.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐖𝐎 𝐒𝐈𝐃𝐄𝐒 [M]• Park Jimin Fanfiction [TERBIT] ✔️
Fanfiction[SUDAH TERBIT] UNTUK PEMBELIAN SILAKAN DM ATAU CHAT CHIMMYOLALA. -- HE IS DEVIL BUT LIKE AN ANGEL -- _____ Masa lalu kelam membuat Park Jimin, seorang Dokter Spesialis Bedah terhebat di Seoul harus mengalami penyakit psikologis. Ia memiliki DUA SIS...