25 • 박지민

272 39 98
                                    

⛔Warning! 18+

Nggak plus plus banget si. But, jangan salahin authornya kalau-kalau otak kalian travelling, ya! 😂

Kalo nggak berani baca. Boleh langsung scroll ke bawah. Udah aman :v

Tapi, kalo kepo, yaudah lanjut aja.

Jangan lupa vote dan komentarnya, ya. Aatu vote dari kalian itu sangat berharga ☺️💜

HAPPY READING!

---

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

"Apa mungkin sudah disingkirkan agensi yang dimiliki Taehyung?"

Nina kembali menerka-nerka. Ia menatap kosong ke arah layar tipis di hadapannya, memikirkan hal-hal menakutkan lainnya di kepala.

Sampai seseorang tiba-tiba menyentuh lengannya dan membuatnya terjingkat. Terkejut bukan main. Ditambah listrik tiba-tiba padam diiringi suara petir menggelegar daris luar sana. Membuat Nina melompat dan berteriak begitu kuat.

"Nuguya?! Jimin, itu kau, kan?"

Tidak ada jawaban. Tangan dingin itu menggenggam lengan Nina lebih kuat dari sebelumnya. Membuat Nina meringis sakit dengan pandangan yang benar-benar tampak gelap.

"Jimin-ah!" Nina mencoba menarik lengannya kuat. Namun tetap saja tidak terlepas. Hingga rasa takutnya menjalar ke seluruh tubuh. Ia gemetar, pelupuk matanya penuh. Sejak kapan Nina menjadi penakut seperti ini?

"Sweetie, tenanglah. Ini aku."

Suara lirih dari Jimin berhasil membuat Nina mendongak. Memandang di kegelapan, mencari keberadaan Jimin. Tangannya meraba-raba mencari tangan Jimin yang lainnya.

"Aku takut, bodoh!" teriak Nina dengan sedikit suara isak. Baru kali ini Nina mengumpati Jimin. Ia terlalu takut jika terjadi sesuatu yang buruk.

Namun, Nina berhenti meraba saat telapak tangannya bersentuhan dengan kulit polos Jimin. Terasa seperti sesuatu yang padat dan—astaga! Nina menyentuh tepat di perut atletis milik Jimin. Membuat Nina spontan mengepalkan tangannya agar tidak menyentuh bagian itu lagi. Ia menelan ludahnya susah payah menahan gugup.

"Mencari kesempatan, ya?" tanya Jimin di antara gelapnya ruangan. Suaranya terdengar berat. Jika dibayangkan, sepertinya ada senyum miring yang terbit di bibir tebal itu.

Spontan, Nina memukulkan bantal yang ada di sebelahnya pada tubuh Jimin. "Berhenti mengatakan hal bodoh, aku takut. Lebih baik kau nyalakan lilin."

Jimin malah terkekeh mendapat pukulan dari Nina. Ia kemudian beranjak dari kasur dan berjalan perlahan ke arah nakas. Di sana sudah ada satu lilin dan korek api yang memang sudah disiapkan, kalau listrik padam seperti ini.

𝐓𝐖𝐎 𝐒𝐈𝐃𝐄𝐒 [M]• Park Jimin Fanfiction [TERBIT] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang