"Yuna, kau tau berkas-berkas yang ada di sini?" Nina menggeledah laci yang ada di meja kerjanya.
"Berkas apa, Nin?"
"Berkas pasien yang akan melakukan operasi wajah minggu depan," ucap Nina masih sibuk mencari.
"Ah, itu ... ada di lemari ini," jawab Yuna sembari mengambil satu map kuning berisi beberapa kertas. Ia sodorkan map itu pada Nina.
"Ah, terima kasih," ucap Nina sembari tersenyum senang.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Yuna di sela kesibukan mereka.
Nina sedikit menengadahkan wajahnya menghadap Yuna. "Aku?" tanyanya bingung.
"Wajahmu terlihat sedikit lebam. Apa Jimin melakukan kekerasan di rumah tangga kalian?" tanya Yuna dengan hati-hati.
Nina tersenyum kaku mendengar pertanyaan Yuna. "Tidak Yun, aku baik-baik saja. Hanya luka kecil," jelasnya menenangkan. Ia tau, pasti Yuna tampak curiga dan khawatir dengannya, karena itu ia bertanya pada Nina.
"Hum, baiklah. Semoga kau baik-baik saja. Jika ada hal buruk yang terjadi, katakan padaku. Mungkin saja aku bisa membantu," ucap Yuna dengan senyum di bibirnya.
Nina hanya mengangguk dan tersenyum menanggapi Yuna. Ia kembali fokus pada pekerjaannya untuk memeriksa berkas pasien.
"Euisa-nim, ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda," ucap seorang karyawan yang baru saja memasuki ruangan mereka.
"Siapa?" tanya Nina penasaran.
"Kalau dilihat dari pakaiannya, sepertinya seseorang dari kepolisian, Euisa-nim. Saya juga kurang paham," jawab karyawan itu.
Nina dengan segera keluar dari ruangannya dan menemui seseorang itu. Ia sedikit terkesiap saat tatapan matanya bertemu dengan mata pria yang tengah menunggunya di ruang pertemuan. Mata dengan tatapan tajam itu sedikit membuatnya ingat akan sesuatu. Tapi dengan segera ia tepis pikiran itu dan melanjutkan langkahnya.
"Yoongi-ssi, ada keperluan apa?" tanyanya begitu masuk ke ruangan itu.
Yoongi dengan segera menunjukan identitasnya dan mengatakan apa tujuannya kemari. "Kami dengar, kau sempat disandera oleh pembunuh itu. Kami membutuhkan kau sebagai saksi karena kau satu-satunya korban yang masih selamat darinya," jelas Yoongi dengan raut serius.
Nina mengernyit bingung, bagaimana Yoongi tau? Apa Jimin sudah menceritakannya pada Yoongi?
"Ah, baiklah. Aku akan menjadi saksi," jawab Nina kemudian. Nina pikir, ia harus menjadi saksi karena menurutnya memang bukan Taehyung pelakunya. Ia harus bisa membebaskan Taehyung dan membuktikan bahwa Taehyung tidak bersalah.
"Kau boleh datang ke rumahku, besok malam."
"Ke rumahmu? Bukan ke kantor polisi?" tanya Nina bingung. Bukankah untuk pengambilan data informasi dari saksi biasanya dilakukan di kantor polisi?
"Di depan kantor polisi masih terlalu banyak media yang berlalu lalang, bahkan pendemo masih banyak yang berkumpul di sana sampai malam. Akan lebih aman kalau dilakukan di rumahku saja, atau di rumahmu?" jelas Yoongi.
"Ah, baiklah. Kita lakukan di rumahmu saja, Yoongi-ssi. Aku juga harus berbicara dengan Jimin dan Hobi oppa dulu," jawab Nina.
"Aku sudah berbicara pada mereka. Kau hanya perlu datang, Nina-ssi."
Nina hanya mengangguk mengiyakan. Beberapa saat setelah itu, Yoongi berpamitan pada Nina untuk kembali ke kantornya.
"Nina! Ada telepon!" teriak Yuna dari pintu ruang kerjanya. Nina sedikit berlari ke arah Yuna untuk mengambil ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐖𝐎 𝐒𝐈𝐃𝐄𝐒 [M]• Park Jimin Fanfiction [TERBIT] ✔️
Fanfiction[SUDAH TERBIT] UNTUK PEMBELIAN SILAKAN DM ATAU CHAT CHIMMYOLALA. -- HE IS DEVIL BUT LIKE AN ANGEL -- _____ Masa lalu kelam membuat Park Jimin, seorang Dokter Spesialis Bedah terhebat di Seoul harus mengalami penyakit psikologis. Ia memiliki DUA SIS...