----
"Apa kau benar-benar sudah sembuh?" Hoseok bertanya begitu lembut pada Nina yang tengah duduk di kursi tunggu, menunggu Jimin yang tengah mengurus biaya rumah sakit yang ia habiskan untuk dirinya dan Nina selama dua minggu ini.
Nina mengangguk mantap. Ia menarik sebelah sudut bibirnya. "Aku sudah sembuh, Oppa. Kau lihat sendiri, kan? Selama seminggu ini Jimin menjagaku. Aku merasa semakin baik-baik saja."
Hoseok menatap adiknya itu penuh perhatian. Ia sebenarnya masih ragu melepaskan Nina bersama Jimin lagi setelah insiden dua minggu lalu.
Mengingat bagaimana Jimin kesulitan mengendalikan dirinya membuat Hoseok khawatir, barangkali saat bersama Nina hal itu terjadi lagi. Hoseok benar-benar tidak ingin jika sahabatnya itu kembali membuatnya marah karena menyakiti Nina.
"Kau yakin tidak mau kembali ke rumah eomma lebih dulu? Mereka pasti mencemaskanmu," ucap Hoseok sembari mengusap pipi Nina lembut. Kemudian turun menangkup kedua pundak Nina.
Nina meraih tangan Hoseok di atas pundaknya. Ia tersenyum tulus pada Hoseok, meyakinkan jika semua akan baik-baik saja. "Aku hanya memiliki waktu tiga bulan sebelum Jimin dikirim ke Amerika, Oppa. Biarkan aku merasakan hidup sesungguhnya dengan Jimin. Aku tidak ingin menyia-nyiakan waktuku dengannya." Nina mengusap lengan Hoseok pelan.
Hoseok membulatkan matanya terkejut. "Kau tau tentang itu?" Sepengetahuan Hoseok, hanya Seokjin, Jimin dan dirinya yang mengetahui tentang rencana keberangkatan Jimin, bahkan tentang identitas Taehyung yang sebenarnya.
Nina mengangguk singkat. Ia menurunkan tangan Hoseok dan menangkupnya di antara kedua telapak tangan. "Yuna sudah menceritakan semua saat ia datang menjengukku. Menceritakan siapa Kim Taehyung, dan tentang rencana rehabilitasi Jimin di Amerika."
Nina menjeda ucapannya sejenak, ia menyandarkan dirinya di dinding koridor dan kembali melanjutkan ucapannya. "Awalnya aku terkejut dan marah, aku kira Yuna sahabat dekatku yang tidak memiliki rahasia apapun denganku. Tetapi, aku salah, kami menyimpan banyak rahasia masing-masing. Dia diam-diam meretas rumahku, ponselku bahkan ia mengetahui semua gerak-gerikku bersama Jimin setiap harinya. Dia berusaha mengetahui privasiku tanpa seizinku. Tanpa sepengetahuanku. Dia bahkan dengan lihai melacak keberadaanku saat aku dalam bahaya di rumah Yoongi."
"Tetapi, setelah itu aku bersyukur karena dia melakukan itu. Kalau tidak ada dia dan Jungkook, mungkin aku sudah mati di sana." Nina tersenyum getir ia kembali teringat saat di mana ia menyaksikan perkelahian antara Jimin dan Yoongi hari itu.
Hoseok menghelakan napasnya sedikit berat. Meski ada rasa lega karena Nina sudah mengetahui fakta itu, namun tetap saja ia tidak tega melihat adiknya harus mengalami semua ini.
Setelah nyawanya terancam, sekarang Nina harus merelakan Jimin menjauh darinya. Pasti Nina akan merasa sedih saat terpisah dari Jimin. Karena yang ia tahu, Nina sangat mencintai Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐖𝐎 𝐒𝐈𝐃𝐄𝐒 [M]• Park Jimin Fanfiction [TERBIT] ✔️
Fanfiction[SUDAH TERBIT] UNTUK PEMBELIAN SILAKAN DM ATAU CHAT CHIMMYOLALA. -- HE IS DEVIL BUT LIKE AN ANGEL -- _____ Masa lalu kelam membuat Park Jimin, seorang Dokter Spesialis Bedah terhebat di Seoul harus mengalami penyakit psikologis. Ia memiliki DUA SIS...