"Nina... Kemarilah, Sayang. Jangan sembunyi. Bermainlah denganku," ucap Jimin sembari tersenyum menyeringai. Ia melangkahkan kakinya perlahan sembari menatap tajam ke arah sekelilingnya. Mencari dimana keberadaan Nina.
Nina gemetar hebat di dalam lemari pakaiannya. Ia tidak bisa berfikir jernih lagi. Saat Jimin mengambil pisau buah dari meja dapur, ia berlari mencari tempat aman. Dan bodohnya, dia memilih masuk ke kamar dan mengunci dirinya di lemari.
Keringat mengucur dari dahinya. Ia benar-benar takut menghadapi Jimin. Banyak pertanyaan terlintas di kepalanya, tentang apa yang terjadi pada suaminya itu.
Jimin menjadi monster yang sangat mengerikan baginya. Seolah ingin memakan hidup-hidup Park Nina.
"Nina! Kau di dalam kan? Buka pintunya Sayang!" teriak Jimin dari luar kamar.
Nina yang mendengar itu pun semakin gemetar. Ia sama sekali tidak berniat keluar dari lemari.
Beberapa menit kemudian suara Jimin tidak terdengar lagi. Tapi, suara pintu terbuka. Nina lupa jika Jimin memiliki kunci cadangan kamar itu.
Langkah kaki kian terdengar di telinga Nina. Tubuhnya semakin gemetar. Ia yakin, itu langkah mantap dari Jimin.
Nina mengintip dari celah pintu lemari. Ia melihat sosok Jimin yang tengah menyeringai menatap lemari yang ia tempati untuk bersembunyi, dengan pisau kecil di tangannya.
"Kau di situ rupanya," ucap Jimin kemudian ia berjalan perlahan ke arah lemari itu sembari memainkan pisau kecil yang ia pegang.
"Sayang, kemarilah. Aku tidak akan menyakitimu. Bermainlah denganku, Nina. Kau cukup menjerit kesakitan dan membuatku puas," ucapnya lagi sembari terus melangkah ke arah lemari.
Nina semakin membungkam mulutnya. Menahan deru nafasnya yang sangat menggebu karena ketakutan.Namun, saat satu langkah lagi mencapai pintu lemari, Jimin berhenti. Entah apa yang membuat dia berhenti. Dia tidak melanjutkan langkahnya menuju lemari. Ia diam mematung di depan lemari itu.
Tak lama setelah itu, langkah kaki terdengar kembali. Langkahnya terdengar menjauhi lemari tempat Nina bersembunyi. Sepertinya Jimin mengurungkan niatnya untuk membuka lemari itu dan pergi.
Nina mengepalkan tangannya gemetar. Ia masih mengatur nafasnya dan kembali menenangkan diri. Setelah dirasa aman. Nina perlahan membuka pintu lemari itu dan keluar.
Wajahnya pucat dan kacau. Dengan tubuh yang masih gemetar, Nina mencari ponselnya yang ia letakan di atas nakas dekat ranjang tidurnya.
Ia dengan segera mencari kontak seseorang untuk ia hubungi. Jung Hoseok, kakaknya itulah yang ingin ia hubungi. Banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada Hoseok yang merupakan seorang dokter juga sahabat Jimin. Ia dengan terburu-buru menggeser layar ponselnya. Kini, pikirannya benar-benar kacau. Ia ingin segera mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
"Sweetie? Kau sedang apa?"
Belum sempat Nina menghubungi kontak nomor yang baru saja ia cari. Jimin tiba-tiba kembali ke kamarnya dengan satu nampan berisi makanan dan minum.Nina membulatkan matanya sempurna. Ia sontak menyembunyikan ponselnya dan bergerak mundur. Tubuhnya benar-benar tidak bisa berjalan tegap sekarang, karena terlalu takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐖𝐎 𝐒𝐈𝐃𝐄𝐒 [M]• Park Jimin Fanfiction [TERBIT] ✔️
Fanfiction[SUDAH TERBIT] UNTUK PEMBELIAN SILAKAN DM ATAU CHAT CHIMMYOLALA. -- HE IS DEVIL BUT LIKE AN ANGEL -- _____ Masa lalu kelam membuat Park Jimin, seorang Dokter Spesialis Bedah terhebat di Seoul harus mengalami penyakit psikologis. Ia memiliki DUA SIS...