"Bagaimana? Sudah kau urus semua?" ucap seorang pria berjas pada ponselnya.
"Sudah, Tuan. Tapi, sepertinya ada yang melakukan hal yang sama sepertimu," jawab pria bernama Alex itu dari seberang sana.
"Apa maksudmu?" tanyanya dengan nada meninggi.
"Ada yang melakukan pembunuhan juga sepertimu. Dan, dia meniru caramu membunuh. Dia-sepertinya memiliki gen psyco sepertimu juga," jawab Alex.
Pria berjas itu menggeram kesal. Dia tidak terima jika ada yang meniru caranya membunuh seseorang. Atau, caranya menikmati mangsa-mangsanya.
"Hei, I'm not psycho. Aku hanya mencari kenikmatan," katanya dengan bibir menyeringai.
"Iya, Tuan. Maafkan saya. Jadi, kita harus bagaimana, Tuan? Media juga sudah memberitakannya. Sepertinya dia lebih ceroboh," tanya Alex.
"Dia ceroboh. Atau-dia memang sengaja ingin menjebakku?" Pria itu merenggangkan dasi yang terkalung rapi di lehernya karena sedikit merasa gerah.
"Sepertinya dia memang sengaja melakukan itu, Tuan. Dia juga seoertinya mengenalimu. Karena, saat diberitakan. Tidak ada barang-barang yang bisa diidentifikasi. Dia sama sekali tidak meninggalkan jejak di sana," jelas Alex.
Pria berjas itu kembali menaikan sudut bibirnya. Memikirkan hal licik yang akan ia lakukan. "Biarkan saja. Aku ingin melihat permainannya. Aku yakin akan segera menemukannya. Dan-akan kucabik-cabik kulitnya. Haha, sepertinya itu akan sangat menyenangkan," ujarnya menyeringai.
"Baik, Tuan."
"Baiklah aku harus segera pergi," jawab pria berjas itu kemudian mengakhiri panggilannya.
Pria itu berjalan keluar dari ruangannya setelah mengganti pakaiannya menjadi kemeja polos biasa. Melajukan mobilnya untuk pergi ke suatu tempat.
***
Pagi ini, di ruang kerjanya. Nina tengah sibuk bergelut dengan kertas-kertas dokumen penting miliknya. Matanya dengan jeli meneliti satu persatu tulisan yang ada di kertas itu.
Cklek!
Suara kenop pintu terbuka.
"Euisa-nim. Ada pasien baru yang ingin berkonsultasi dengan Anda," ucap seorang karyawan padanya."Ah, baiklah. Suruh dia masuk," jawabnya tanpa menoleh ke arah karyawannya itu, masih fokus pada lembaran kertas di hadapnnya.
Beberapa menit kemudian suara pintu kembali terbuka. "Hei, Jung Nina!" panggil seorang pria yang baru saja memasuki ruangannya.Nina mendongakkan kepalanya. Melihat siapa yang baru saja memanggilnya itu.
Ia mengerutkan dahinya berfikir. "Kau siapa?" tanya Nina bingung.
Pria itu malah tersenyum kotak dan mendudukkan dirinya santai pada kursi pasien yang ada di hadapan meja Nina.
"Kau lupa ya denganku?" tanyanya dengan senyum yang tak luntur di wajahnya.Nina masih belum menemukan memori tentang pria di hadapannya itu. Dia merasa, ini baru pertama kalinya bertemu dengan pria itu. "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Nina semakin memastikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐖𝐎 𝐒𝐈𝐃𝐄𝐒 [M]• Park Jimin Fanfiction [TERBIT] ✔️
Fanfiction[SUDAH TERBIT] UNTUK PEMBELIAN SILAKAN DM ATAU CHAT CHIMMYOLALA. -- HE IS DEVIL BUT LIKE AN ANGEL -- _____ Masa lalu kelam membuat Park Jimin, seorang Dokter Spesialis Bedah terhebat di Seoul harus mengalami penyakit psikologis. Ia memiliki DUA SIS...