Nina sontak terkejut melihat wajah pria di hadapannya itu. Matanya membulat sempurna. "Kau—?
"Ya, ini aku."
"Argh! Apa yang kau lakukan!" pekik Nina merasakan sesuatu menusuk di belakang lehernya.
Blam!
Seketika seisi ruangan menjadi gelap dan beberapa detik berikutnya Nina sudah tidak sadarkan diri.
****
Kemeja putih dan celana hitam melekat rapi di tubuh pria yang saat ini berada di sofa ruang tamunya. Ponsel yang ada di genggamannya sedikit ia tempelkan di telinga kanannya mendengarkan seseorang tengah berbicara dari balik ponselnya itu.
"Oke, bagus! Jalankan semuanya dan berhati-hati. Klien-klienku tidak sembarangan. Kalau kalian salah langkah, maka kalian akan terima akibatnya," ucapnya sembari meluruskan kakinya ke atas meja.
"Baik, Tuan Kim," jawab seseorang dari seberang sana.
"Bagaimana dengan Key dan Una, apa dia sudah melakukan tugasnya dengan baik?"
"Tentu saja Tuan, dia selalu melakukan tugasnya dengan baik. Malam ini mereka juga sedang melakukan tugasnya."
"Selalu laporkan perkembangannya. Jika terjadi sesuatu dengan wanitaku. Maka kalian yang akan mati!"
"Baik, Tuan. Kami akan melaporkannya padamu."
"Setelah urusanku selesai di sini, aku akan kembali ke Amerika. Jadi, bersiaplah," perintahnya sembari membenarkan posisi duduknya.
"Baik, Tuan."
Pria itu mengakhiri panggilannya dan meraih segelas teh panas yang berada di meja tepat di hadapannya. Ia sesap sedikit demi sedikit menikmati rasa manis pada teh itu kemudian tersenyum senang.
"Tuan, sa-saya sudah menyelesaikan tugas saya," ucap seorang wanita paruh baya yang baru saja keluar dari salah satu ruangan di rumah pria itu.
Pria itu sontak terdiam dengan raut terkejut. Dia bahkan baru kembali dari kantornya dan tidak mengundang siapapun ke rumahnya. Kenapa ada wanita itu di rumahnya?
Pria itu melirik ke arah belakang wanita itu. Ruangan pribadinya yang sama sekali tidak boleh dimasuki siapapun kecuali dirinya baru saja di masuki wanita itu.
"Sejak kapan kau di rumahku? Siapa yang menyuruhmu?" tanyanya dengan raut kesal.
"Sa-saya sudah sejak dua jam lalu membersihkan rumah Anda, atas perintah Tuan Seokjin," Wanita itu sedikit menundukkan kepalanya. Entah kenapa wanita itu seperti ketakutan.
Tanpa berfikir panjang, pria itu beranjak dari duduknya melangkah dengan cepat memasuki ruangan itu.
Dengan terburu-buru, matanya mengedar ke seluruh ruangan yang sedikit gelap itu. Ia lihat ke arah dinding dan di telitinya satu persatu foto yang tertempel di sana.
"Satu, dua, tiga, em—" Ia hitung satu persatu foto yang tertempel di dinding itu.
Brak!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐖𝐎 𝐒𝐈𝐃𝐄𝐒 [M]• Park Jimin Fanfiction [TERBIT] ✔️
Fanfiction[SUDAH TERBIT] UNTUK PEMBELIAN SILAKAN DM ATAU CHAT CHIMMYOLALA. -- HE IS DEVIL BUT LIKE AN ANGEL -- _____ Masa lalu kelam membuat Park Jimin, seorang Dokter Spesialis Bedah terhebat di Seoul harus mengalami penyakit psikologis. Ia memiliki DUA SIS...