"Yoongi-ssi!" teriak Nina sembari mengetuk pintu rumah Yoongi. Dengan keadaan yang begitu kacau dan tubuh gemetar, Nina terus mengetuk pintu Yoongi dengan buru-buru berharap Yoongi segera membuka pintu itu.
Nina menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mengecek keadaan, ia pastikan Jimin tidak mengikutinya sekarang.
Kelima kalinya Nina berteriak dan mengetuk pintu rumah Yoongi akhirnya pintupun terbuka dan menampakkan Yoongi berdiri di ambang pintu.
"Nina? Ada apa?" tanya Yoongi dengan tatapan heran. Ini sudah pukul 11 malam dan tidak biasanya Nina berkunjung ke rumahnya.
"Yoongi-ssi, bisakah kita bicara?"
"Bicara? Tentang apa?"
"Jimin, dia ... dia—"
"Masuklah." Yoongi memotong ucapan Nina dan mempersilahkan Nina untuk masuk ke rumahnya.
Nina mengelakan nafasnya saat Yoongi berhasil menutup pintu. Napasnya masih begitu memburu. Tubuhnya merosot bersandar di pintu dengan tangisnya yang kembali pecah. Ia peluk lututnya dan menunduk tanpa peduli ada Yoongi di hadapannya. Dia sangat takut.
Suasana kembali hening untuk beberapa saat setelah tangis Nina yang mulai mereda dan Yoongi hanya berdiri menatap Nina yang masih terduduk memeluk lutut tanpa mengganggu.
Nina mengusap wajahnya, menyingkirkan sisa-sisa air mata yang sedari tadi mengalir di pipinya. Ia dongakkan kepalanya dan mulai berdiri.
"Selamat datang, Nina," ucap Yoongi saat Nina sudah berdiri dan berusaha menyeimbangkan tubuhnya menghadap Yoongi. Ia tersenyum kecil di sudut bibirnya.
"Yoongi-ssi, aku—" Nina terdiam. Matanya membulat sempurna. Tubuhnya yang baru saja mendapat ketenangan kini kembali gemetar takut. Tubuhnya mundur merapat ke pintu dengan tangan yang meraba ke belakang mencari kenop pintu untuk membukanya.
Yoongi menyeringai menatap Nina. Mesin bor yang ada di tangannya-lah yang membuat Nina memundurkan tubuhnya dan berusaha membuka pintu itu kembali.
"Kau mencari ini?" tanya Yoongi sembari mengangkat kunci, menunjukkan pada Nina. Bibirnya menyeringai puas dengan kekehan kecil di ujung ucapannya.
Ingatan-ingatan kejadian beberapa hari lalu kembali berputar di kepala Nina. Ya, kejadian saat dirinya diculik. Saat dirinya harus menyaksikan seorang wanita yang dibunuh dengan bor yang sama persis seperti yang ada di tangan Yoongi saat ini.
"Aku menyuruhmu datang besok, tapi kau malah datang hari ini. Apa kau sudah tidak sabar bertemu denganku, Nina?" Yoongi melangkahkan kakinya pelan ke arah Nina.
Detik itu juga Nina menyadari, tatapan dan suara pembunuh yang menculiknya itu sama persis dengan tatapan dan suara Yoongi.
"Ka-kau ...." Sebelum Nina melanjutkan ucapannya, Yoongi sudah lebih dulu meraih lengannya dan menariknya paksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐖𝐎 𝐒𝐈𝐃𝐄𝐒 [M]• Park Jimin Fanfiction [TERBIT] ✔️
Fanfiction[SUDAH TERBIT] UNTUK PEMBELIAN SILAKAN DM ATAU CHAT CHIMMYOLALA. -- HE IS DEVIL BUT LIKE AN ANGEL -- _____ Masa lalu kelam membuat Park Jimin, seorang Dokter Spesialis Bedah terhebat di Seoul harus mengalami penyakit psikologis. Ia memiliki DUA SIS...