14 • 박지민

280 63 420
                                    

Park Jimin berdiri di pinggir pagar pembatas dengan sebatang rokok di sela jemarinya. Ia sesap sesekali sembari menatap gedung-gedung tinggi yang tampak dari rooftop rumah sakit Johwa, tempatnya berada saat ini.

Sore ini memang sangat nyaman untuk menikmati rokok dengan pemandangan riuh kota Seoul. Apalagi dengan tubuh lelahnya sehabis melakukan operasi pada pasien.

"Apa aku terlalu manis memperlakukan orang?" gumamnya dengan smirk di sudut bibirnya.

"Aku bahkan tidak tau kenapa aku melakukan itu." Kali ini ia terkekeh remeh.

Tak lama dari itu terdengar suara pintu rooftop terbuka, membuat Jimin spontan menoleh dan mendapati sosok pria pucat dengan senyum dinginnya.

Jimin tersenyum kecil melihat pria berseragam lengkap yang tengah menghampirinya itu.

Ya, dia Min Yoongi. Sepupu dengan kulit putih pucat dan sifat dinginnya. Ini adalah pertemuan mereka pertama kali setelah satu tahun lalu. Bahkan saat pernikahan Jimin dan Nina, Yoongi tidak datang, karena Yoongi sedang ditugaskan di daerah yang jauh dari perkotaan.

"Sudah lama sekali kita tidak bertemu secara pribadi seperti ini, Yoongi-ssi," ucap Jimin sembari menunggu lawan bicaranya merespon.

Jimin merogoh saku jasnya dan mengambil satu kotak rokok miliknya kemudian menawarkannya pada Yoongi.

"Ah, tidak. Aku sedang tidak ingin merokok," tolak Yoongi yang kemudian dibalas anggukan singkat oleh Jimin.

"Apa kau baru saja mengoperasi pasienmu?" tanya Yoongi yang kini tengah berdiri di sebelah Jimin.

"Ya, ada pasien yang kuoperasi hari ini. Apa kau sedang tidak bertugas? Kenapa kau menemuiku? Tumben sekali," ucap Jimin sembari membuang sisa rokok yang sudah hampir habis, kemudian ia injak dengan sepatunya.

"Aku sedang bertugas disekitar sini dan sepertinya tidak buruk untuk sekedar mengobrol denganmu di sela kerja," jawab Yoongi masih dengan wajah dinginnya.

"Aku sedang melakukan investigasi pembunuhan berantai yang tengah terjadi di kota kita," lanjutnya tanpa menatap ke arah Jimin.

Jimin yang mendengar itupun hanya tersenyum kecil. "Jadi, bagaimana? Apa kau sudah menemukannya?" ucapnya sembari memutar tubuhnya ke arah Yoongi.

"Sudah," jawab Yoongi dengan smirk di bibirnya.

Yoongi memasukan tangannya ke saku celana dan berdecih lalu tersenyum miring. "Aku hanya membutuhkan bukti-bukti penting untuk menangkapnya," imbuhnya santai.

"Ah, semoga kau bisa menemukan bukti-bukti itu dengan cepat, Yoongi-ssi. Supaya kau bisa segera menangkapnya," ucap Jimin sembari menepuk pelan bahu kiri Yoongi.

Yoongi hanya merespon dengan senyum miring, kemudian menoleh ke arah Jimin. "Malam ini hari peringatan kematian Ayah dan Ibuku. Datanglah bersama istrimu untuk mendoakan mereka," ucap Yoongi kemudian.

"Ah, baiklah. Aku akan datang bersama Nina. Apa kekasihmu juga datang?" tanya Jimin.

"Shin Hye? Ya, tentu saja dia datang. Dia yang akan mempersiapkan makan malam untuk kita."

Jimin mengangguk singkat kemudian tersenyum. "Apa aku perlu membawakan sesuatu untukmu?"

"Tidak. Kalian datang memperingati untuk hari kematian orangtuaku saja aku sudah senang," ucap Yoongi dengan senyum kecil.

"Baiklah."

"Aku harus kembali bertugas. Kutunggu kehadiran kalian nanti malam, Jimin-ssi," ucap Yoongi kemudian melangkah pergi ke arah pintu rooftop meninggalkan Jimin.

𝐓𝐖𝐎 𝐒𝐈𝐃𝐄𝐒 [M]• Park Jimin Fanfiction [TERBIT] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang