Jangan lupa klik bintang dulu sebelum baca, ya!
Maaf kalo banyak typo! (◔‿◔)Happy Reading!
***
Wangi aroma terapi menyeruak begitu saja ke penjuru ruangan. Menghadirkan suasana tenang dan nyaman. Ditambah dominan ruangan yang tak begitu besar itu adalah putih, membuat ruangan tampak rapi dan bersih.
Suara denting mesin pendeteksi detak jantung terdengar menggema di ruangan yang hanya diisi satu orang pria. Dia terbaring di brankar dengan pakaian pasien yang melekat di tubuhnya. Balutan perban di kepalanya menunjukkan jika dirinya benar-benar lemah.
Tidak ada siapa pun. Hanya ada dirinya yang masih terlelap dalam pengaruh obat yang satu jam yang lalu ia dapatkan dari dokter yang melakukan operasi pada tubuhnya yang terluka.
Beberapa saat setelah itu, ia menggerakkan jemarinya dengan mata yang ia buka perlahan. Matanya mengedar ke sekeliling ruangan dengan kelopak mata yang masih terasa berat. Kepalanya masih terasa sedikit berdenyut nyeri. Bahu dan pahanya juga masih terasa nyeri.
Dia mendudukkan diri di brankar sembari meregangkan leher kepalanya yang terasa begitu kaku dengan perlahan.
"Melelahkan," gumamnya dengan wajah datar sembari menatap ke arah luar jendela.
Detik berikutnya, suara pintu bergeser terdengar di rungunya. Membuatnya seketika menoleh mencari tahu siapa yang baru saja masuk.
"Aigo ..., akhirnya putra satu satunya eomma bangun. Bagaimana bisa anak Eomma begini? Kau baik-baik saja?" tanya wanita paruh baya dengan setelan mewah yang baru saja masuk ke ruangan itu.
Jimin tersenyum menampakkan deretan gigi rapinya pada sang ibu. "Aku baik-baik saja, Eomma."
Wanita dengan kalung mutiara yang melingkar di lehernya itu mendekat dan memeluk Jimin perlahan. "Kau mau makan? Eomma akan meminta suster untuk membawakanmu makanan," ucap Yonji sembari melepas pelukannya pada Jimin.
"Tentu saja. Aku sangat lapar," jawab Jimin sembari merasakan perutnya yang sepertinya berbunyi karena lapar. Yonji mengangguk senang kemudian keluar ruangan untuk memanggil suster yang bertugas.
Setelah pintu kembali tertutup. Jimin menghelakan napas panjang sembari mendongakkan kepalanya.
"Kau sudah sadar?" tanya Seokjin yang baru saja masuk ke ruangan itu.
"Seperti yang kau lihat."
"Kau terinfeksi karena lukamu tidak segera di tangani. Kenapa kau diam saja kalau tubuhmu penuh dengan tusukkan dan pukulan di kepala? Kau hampir mati karena kehilangan banyak darah," jelas Seokjin sembari menarik kursi di sisi brankar dan duduk di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐖𝐎 𝐒𝐈𝐃𝐄𝐒 [M]• Park Jimin Fanfiction [TERBIT] ✔️
Fanfiction[SUDAH TERBIT] UNTUK PEMBELIAN SILAKAN DM ATAU CHAT CHIMMYOLALA. -- HE IS DEVIL BUT LIKE AN ANGEL -- _____ Masa lalu kelam membuat Park Jimin, seorang Dokter Spesialis Bedah terhebat di Seoul harus mengalami penyakit psikologis. Ia memiliki DUA SIS...