1. Sah!

5.5K 256 3
                                    

Sukai sewajarnya dan bencilah sewajarnya, akan tetapi kalau bisa jangan terlalu membenci karena itu tidaklah baik!

Happy reading ☺️
.
.
.
.
.
.
.




"Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka binti Rindiana Sativa alal mahri majmueat min adawat alsalaat wamal sabeat malayin wathalathimiayat alf rubia hallan."

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhiitu bihi, wallahu waliyut taufiq."

"Bagaimana para saksi?"

"Sah!"

"Sah!"

"Sah!"

"Alhamdulillah."

Setelah mengucapkan kalimat sakral tersebut, semua bersorak ria dan dilanjutkan dengan doa bersama. Lantunan doa yang diiringi tangis bahagia kedua keluarga pun tak terelakkan. Namun, tidak dengan gadis cantik berbalut gaun syar'i putih nan elegan itu. Sedari tadi ia berusaha untuk membendung cairan bening agar tak menetes dari kedua mata indahnya itu. Tetapi sayang, pertahanan yang ia bangun pun goyah, cairan bening itu berhasil lolos berkali-kali membasahi pipinya.

Bukankah menikah adalah hal yang diidam-idamkan para gadis seumurannya? Terlebih jika menikah dengan laki-laki tampan, mapan, dan juga seorang ustaz.

Tiba masanya untuk sang pengantin wanita dibawa keluar untuk menemui suaminya dan menandatangani buku nikahnya.

Di sepanjang perjalanan, Rindi hanya menunduk seraya menahan tangisnya. Setelah sampai di tempat, keduanya dituntun untuk berjabat tangan dan mempelai pria membacakan doa seraya memegang pucuk kepala mempelai wanita.

Rindiana Sativa, kini sudah resmi menjadi istri seorang Novan Maulana Affandi.

Waktu berlalu begitu cepat, kini pasangan suami istri itu sedang beristirahat di dalam kamar mereka. Rasa lelah, kantuk, bosan bercampur menjadi satu setelah seharian harus duduk di kursi pelaminan seraya menyunggingkan senyum seolah menjadi orang paling bahagia di hari itu.

Hening, begitulah suasana di dalam kamar tersebut. Tak ada percakapan, keduanya sibuk dengan dunianya masing-masing. Hingga suara ketukan pintu membuyarkan kesibukan mereka.

Tok tok tok.

"Segera ke depan, Nak! Kita makan malam bersama."

"Iya, Ibuk," jawab Rindi.

Setelah selesai membersihkan diri, Rindi pun keluar guna memenuhi panggilan sang ibu. Namun, suara berat khas laki-laki menghentikan langkahnya.

"Tunggu!"

Pria yang tak lain adalah suaminya itu mendekat ke arah Rindi berdiri sekarang. Refleks, Rindi mundur beberapa langkah mengambil jarak di antara mereka.

Ia mengulurkan tangannya dan berhenti tepat di pelipis gadis itu.

"Nggak usah pegang-pegang!" sentak Rindi.

DIA IMAMKU (End-Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang