Hari ini adalah hari yang sangat spesial, di mana Novan beserta keluarga kecilnya sedang menghadiri akad nikah rekan kerja sekaligus orang yang sangat disayangi oleh Rindi, siapa lagi kalau bukan Mauli.
Mauli tampak cantik dan anggun dibalut gaun pengantin syar'i. Rindi tak henti-hentinya memandang Mauli yang sedang tersipu kala diperintahkan untuk mencium telapak tangan sang suami untuk yang pertama kali. Hati Rindi sangat bahagia karena akhirnya rekan sekaligus orang yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu telah melepas masa lajangnya dan mendapatkan pendamping yang baik serta saleh.
Saat prosesi akad dan serentetan acara selesai, Mauli menghampiri Rindi. Keduanya saling menatap, tak ada sapaan, hanya isyarat mata yang saling mengungkapkan isi hati. Tak lama kemudian, Mauli segera memeluk Rindi.
"M-mbak, akhirnya aku menikah."
Rindi mengangguk kemudian melepaskan pelukannya dan tersenyum pada Mauli. "Barakallahu laka wa jama'a bainakuma fi khairin. Barakallahu likulli wahidin minkuma fi shahibihi wa jama'a bainakuma fi khairin."
Keduanya mengucapkan kalimat yang sama pada Mauli dan suaminya.
"Aamiin ya rabbal alamin. Terima kasih, Mbak, Om." Balasnya sembari menyeka air mata yang mulai menetes tanpa ia minta.
"Masih aja manggil 'Om'!" sindir Novan membuat Mauli dan Rindi tertawa.
"Sudah, nanti mukanya cemong karena make up kamu luntur," ejek Rindi.
Mauli memukul lengan Rindi pelan. "Mbak Rindi, ih!"
Mauli sedikit membungkukkan badannya di hadapan Gio. "Gio, udah besar aja kamu. Kangen nggak sama Tante?"
"Kangen banget. Selamat ya, Tante."
"Maa syaa Allah, terima kasih." Balas Mauli seraya tersenyum manis.
"Maa syaa Allah, Tante Mauli cantik banget, mau nggak jadi istrinya Fathan?" celetuk Fathan.
"Astaghfirullahaladzim, Fathan, siapa yang ngajarin kamu begitu?" Lirih Rindi sedikit membungkuk pada Fathan.
Fathan hanya menampilkan senyum anehnya sembari memandang ke arah Novan.
Rindi yang mengerti akan maksud Fathan pun hanya bisa beristighfar sambil mengelus dadanya berulang kali.
Semua orang yang menyaksikan hal itu lantas tertawa, kecuali Novan. Baru saja ia membuka mulut, lantas ia tutup kembali karena mendapat isyarat mematikan dari istri tercintanya.
"Tante ... Tante ...," celetuk Fiya. "sini!"
Mauli mendekatkan telinganya kepada Fiya kemudian dibisikkan sesuatu oleh anak perempuan itu. Beberapa detik kemudian Mauli tertawa.
"Ayo, Sayang!" Mauli mulai mengendong Fiya.
"Fiya ...!" tegur Rindi lembut.
"Nggak papa, Mbak." sahut Mauli. "ayo, Sayang! Salim dulu sama Om!"
Setelah menyalami tangan Adnan-suami Mauli, Fiya langsung menunduk malu dengan kedua pipi yang sudah memerah.
"SubhanAllah, kenapa dengan anak-anakku? Yang satu genit, satunya lagi centil." Keluh Rindi seraya memijit pelipisnya. "Ini semua karena ajaran nggak benar dari kamu, Mas."
"Sepertinya, hanya Gio yang tidak terpengaruh aj-"
Mata Rindi melotot kala melihat Gio yang sudah terduduk nyaman di samping Mauli, jangan lupakan dengan matanya yang berbinar memandang Mauli.
"Astaghfirullahaladzim."
Tawa Novan pun tak dapat ia tahan lagi, kemudian ia menggandeng tangan sang istri menuju pasangan yang baru sah beberapa saat lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA IMAMKU (End-Tahap Revisi)
General Fiction"Saya tidak akan memaksa, Dik. Cinta datang karena terbiasa, semoga saja kamu bisa merasakan apa yang saya rasakan sejak empat tahun dahulu hingga sekarang." . . . Sebuah kejadian tak terduga tengah dialami gadis yang kurang percaya akan cinta dan k...