Kabar Duka Sekaligus Bahagia

926 48 16
                                    

Sukai sewajarnya dan bencilah sewajarnya, akan tetapi kalau bisa jangan terlalu membenci karena itu tidaklah baik

Happy reading☺️
.
.
.
.
.
.
.

"Lepas!" sentak Rindi.

"Jangan buang-buang tenaga, Rindi!" ucap Izal lembut.

"Le-,"

"Kamu tahu kan, jika kamu teriak maka kamu tidak akan melihat Gio lagi," ancam Izal berhasil membuat Rindi berhenti meronta dari cekalan tangannya.

Izal mengancam jika Rindi berani berteriak dan mencoba kabur darinya, maka Gio tidak akan selamat. Meskipun ia tahu bahwa Gio sedang bersama sang Umma, tetapi tak menutup kemungkinan jika apa yang Izal katakan adalah benar, Rindi benar-benar takut jika itu menyangkut anaknya. Sedangkan hati Izal sudah bersorak gembira ketika ia berhasil menipu Rindi, niat busuknya dipastikan akan berhasil.

Di sinilah mereka sekarang, di sebuah gedung tua yang agak jauh dari rumah Novan. Keadaan pun sepi karena memang gedung ini sudah lama tak berpenghuni, para warga pun juga tak sering berkunjung ke sini karena konon katanya gedung ini angker. Saat tiba di sana, Izal merasakan hal yang aneh, tetapi hal itu tak akan menyurutkan niatnya untuk melakukan apa yang ingin ia lakukan pada Rindi sejak lama.

"Lepas, Zal! Beristighfarlah, sesungguhnya setan telah menguasai dirimu!" bentak Rindi. "jika Mas Novan ta-,"

"Shut! Tidak ada Novan, tidak ada siapa pun, dan hanya ada kita berdua di sini. Marilah menikmati indahnya dunia ini bersamaku, Rindi!" sela Izal yang mengunci pergerakan Rindi. "wajah cantikmu selalu membuatku hilang kendali. Tapi aku kesal, kenapa kamu menutupinya dan hanya kau perlihatkan pada Novan saja, seharusnya itu semua hanya untukku, bukan untuk Novan!"

"LEPAS!" bentak Rindi.

Izal menghembuskan napas lelah, "Kenapa, Rindi? Kenapa selalu menolak? Bukankah aku lebih tampan bila dibandingkan dengan suamimu, ups...., maksudnya mantan suami, karena setelah ini kamu akan resmi menjadi milikku seutuhnya."

"Jangan gila kamu! Sampai kapan pun, saya tidak akan pernah sudi menjadi milikmu!" sentak Rindi. "LEPAS!"

"Ck, ternyata mulutmu pedas juga kalau bicara, tetapi tidaklah mengapa karena aku sangat menyukainya," ucap Izal kemudian membuka paksa cadar yang digunakan Rindi.

Srek

"Anjir," umpat Rindi, tak berselang lama ia beristighfar, "astaghfirullahaladzim."

"Cantik, kecantikanmu tidak pernah pudar dari zaman kita masih SMA," puji Izal yang mendapat decihan kasar dari Rindi.

Ini sudah sangat keterlaluan, Izal benar-benar gila. Mau seberapa keras Rindi berteriak, tetaplah percuma karena di tempat ini tidak ada siapa pun. Mau melawan sekali pun juga percuma karena tenaga Rindi tidak sebanding dengan Izal. Rindi hanya bisa berdoa agar Allah melindunginya dari laki-laki biadab seperti Izal ini.

Izal mendekatkan wajahnya ke wajah Rindi. Pikiran Rindi sudah kalang kabut, akan tetapi ia menemukan sebuah ide yang cemerlang. Dengan perasaan antara tega dan tak tega, ia menendang area sensitif kebanggaan laki-laki yang dimiliki Izal.

Dug

"Akhh!" pekik Izal memegangi area sensitifnya.

"Mampus!" cetus Rindi kemudian ia berlari menjauhi Izal.

Belum jauh dari tempat Izal meringis kesakitan, tiba-tiba Rindi terjatuh karena kakinya menghantam batu yang berukuran cukup besar.

Dug

DIA IMAMKU (End-Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang