Pembebasan

741 60 10
                                    

Sukai sewajarnya dan bencilah sewajarnya, akan tetapi kalau bisa jangan terlalu membenci karena itu tidaklah baik!

Happy reading ☺️
.
.
.
.
.
.
.

Novan terperanjat saat merasakan tubuhnya tiba-tiba dipeluk oleh seseorang dari belakang. Refleks tangannya terangkat dan hendak memukul orang itu, namun niatnya ia urungkan saat tahu siapa dalang di balik perlakuan tiba-tiba yang membuat jantungnya berdebar itu. Lalu ia berbalik badan dan mendapati mata Rindi yang mengerjab berkali-kali menatapnya, suatu hal yang membuat Novan gemas kepadanya.

"Ada apa, hm?"

Rindi tak kunjung menjawab, ia terus saja memandang ke arah Novan dengan senyum manisnya.

Tangan Novan terulur membelai pipi Rindi. "Istrinya Mas kenapa? Butuh sesuatu? Atau mau sesuatu? Bilang sama Mas!"

Lagi-lagi tak ada jawaban dari Rindi, ia masih setia bungkam sambil terus tersenyum kepada Novan.

Novan tak tahan dengan kebungkaman Rindi, kemudian ia mendekatkan wajahnya ke pipi sang istri dan ...

"Aww! Sakit!" pekik Rindi.

"Digigit dulu, baru bicara, hm?" celetuk Novan.

Rindi mengerucutkan bibirnya.

"Iya, maaf."

"Kamu gemas banget tiba-tiba peluk Mas, nggak biasanya manja begini. Terus sekarang gimana? Mau apa?" imbuh Novan.

"Mau mie ayam yang pedas pakai banget," balas Rindi.

"Kamu lagi isi lagi ya? Baru juga lahiran udah isi lagi," celetuk Novan melantur.

Rindi mencubit lengan Novan, "Nggak gitu konsepnya, Jamal!"

Novan tergelak. "Lalu konsep yang benar bagaimana, Marpu'ah?"

"Ih!"

"Mau mie ayam," rengek Rindi.

"Ini mah namanya ngidam yang tertunda," celetuk Novan. "ya udah, mau makan di sana atau dibungkus?"

"Dibungkus aja, ya!" potong Novan.

Rindi mendengkus. "Ngasih pilihan tapi dia juga yang milihin. Gimana sih?!"

"Kamu kan baru lahiran, Mas nggak ngizinin kamu kemana-mana dulu!" terang Novan.

"Ya udah, dibungkus aja. Oh iya, sayurnya yang banyak ya, Mas!"

Novan mengangguk dan mengelus surai lembut sang istri. "Mau apa lagi, minumnya sekalian?"

"Nggak perlu, minum air aja," balas Rindi.

"Tunggu sebentar ya, Mas belikan!"

Rindi mengangguk kemudian mencium pipi Novan sekilas. "Makasih, Mas."

"Memancing cendrawasih yang sedang sibuk bertapa." Gumam Novan seraya tersenyum aneh memandang kepergian sang istri.

Novan melangkahkan kakinya keluar rumah untuk membelikan pesanan Rindi tadi.

"Mau ke mana, Van?" tanya Abi.

"Eh, Abi. Mau beli mie ayam di depan, Abi mau nitip?" jawab Novan.

"Jam segini beli makanan?"

"Pesanan Rindi, Abi. Tiba-tiba aja mau makan mie,"

Abi terkekeh. "Lahir dulu, ngidam kemudian, ya?"

"Begitulah, Bi."

"Aku mau dong!" teriak Vita. "yang nggak terlalu pedas, sama sayurnya dikit aja!"

"Oke," sahut Novan.

DIA IMAMKU (End-Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang