Terselamatkan

747 53 22
                                    

Sukai sewajarnya dan bencilah sewajarnya, akan tetapi kalau bisa jangan terlalu membenci karena itu tidaklah baik!

Happy reading☺️
.
.
.
.
.
.
.

"Sebenarnya bukan ini yang aku mau, tapi mau bagaimana lagi? Kau pasti tidak akan pernah sudi mendekatiku, jangankan dekat, melirikku saja enggan," keluhnya dengan suara parau.

Kemudian ia mendekatkan wajahnya pada wajah Novan.

"NOVAN!" pekik seseorang di kejauhan, sontak membuat Nanda berdiri dari pangkuan Novan.

"Anj-," makinya yang ia urungkan kemudian dengan sigap menangkap tubuh Novan yang hampir terjatuh. "astaghfirullahaladzim."

"Novan, sadar!" tegas laki-laki itu seraya menepuk pipi Novan berulang kali.

"Rindi.... di mana kamu? Rindi....," rintih Novan. Ia berusaha untuk kembali pada kesadarannya namun selalu gagal, tubuhnya terasa aneh, berulang kali ia memanggil sang istri namun tak kunjung bertemu.

Nanda yang merasa aksinya terganggu itu mengumpat berkali-kali, ia memandang dengan tatapan kesal ke arah laki-laki yang sedang berusaha menyadarkan Novan.

Laki-laki itu mendongak menatap Nanda, "Apa yang kamu lakukan pada Novan?"

Nanda diam, ia membuang muka ke kiri sembari bersedekap dada.

"Tidak seharusnya kamu bersikap demikian! Dia sudah mempunyai istri dan istrinya sedang mengandung saat ini, seharusnya kamu bisa memikirkan hal itu dan tidak mengambil tindakan rendahan seperti ini!"

"Rasulullah saja berjuang hebat untuk memuliakan dan mengangkat derajat para wanita, dan apa balasanmu? Apa kamu tidak merasa malu?" hardik laki-laki itu kemudian membawa Novan menjauh dari tempat itu.

"Sial! Kenapa ada yang menganggu kesenanganku?" keluh Nanda.

"Pak! Tolong bantu saya!" teriak laki-laki itu pada beberapa orang yang terlihat tak jauh dari tempatnya berada.

Rumah Novan

Seseorang mengetuk pintu rumah Novan dengan tak sabaran, "Assalamu'alaikum."

"Assalamu'alaikum,"

"Assalamu'alaikum,"

"Ya Rabbi ana bayna yadaik,"

"Juda' alaiyya qolbi yunadiik,"

"Raaji'u nadmani liik ya Rahman,"

"Tuba' alaiyya warja-," sholawat yang dilantunkan Rindi terhenti kala mendengar ketukan pintu yang cukup keras.

"Astaghfirullahaladzim! Siapa sih yang ngetuk pintu, nggak sabaran banget?" keluh Rindi setelah menidurkan Gio, kemudian ia bangkit memakai cadar dan membukakan pintu.

"Wa'alaikumussalam, si-,"

"Astaghfirullahaladzim! Mas Novan!" pekik Rindi kala melihat sang suami dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. "apa yang terjadi padanya? Kenapa dia bisa seperti ini?"

Laki-laki itu masuk sembari memapah tubuh Novan, "Nanti saya jelaskan. Sekarang, bantu saya membawa suamimu ke dalam!"

"Bagaimana, Mas? Kenapa dia jadi seperti ini?" tanya Rindi.

Laki-laki itu menghela napas pelan, "Kamu yang tenang! Novan seperti ini karena....," ia menjeda kalimatnya.

"Karena?" Rindi menuntut segera jawaban yang dilontarkan laki-laki di depannya ini, yang tak lain adalah rekan kerja Novan.

DIA IMAMKU (End-Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang